Kondisi Pengusaha Baja di Tengah Pandemi: Penjualan Anjlok, Minta Relaksasi

20 Mei 2020 20:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar muat baja Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat baja Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak virus corona merebak, baja menjadi salah satu industri yang terkena imbas. Penjualan mereka turun, bukan hanya karena periode tahunan di bulan puasa, tapi juga diperparah dengan pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Diakui Presiden Direktur Sunrise Steel Henry Setiawan, penjualannya turun 60 persen bulan ini. Padahal, bulan sebelumnya penjualan turun tak separah ini.
"Kalau Maret kami masih normal permintaannya normal, belum terasa. Masuk ke bulan April baru turun penjualan kami 30 persen. Nah sekarang, di bulan Mei makin dalam, 60 persen penurunannya," kata dia dalam diskusi daring bersama PT Krakatau Steel Tbk, Rabu (19/5).
Penjualan baja anjlok juga dialami PT Sampoerna Jaya Baja. Menurut perwakilan perusahaan Raharjo Rudy Cahyono, pembatasan sosial yang diberlakukan pemerintah membuat distribusi baja terhambat hingga permintaan turun 60 persen ke pabrik-pabrik karena banyak tutup.
"Dari dampak COVID ini permintaan melemah dari awal April sampai sekarang turun terus, setidaknya sampai 50-60 persen penurunannya," terang dia.
Baja pilihan bahan baku pembuat keris. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Di sisi produksi, pengusaha baja juga meminta pemerintah memberikan relaksasi untuk biaya energi seperti listrik dan gas. Diakui Henry, para pelaku usaha baja masih harap-harap cemas dengan keputusan pemerintah yang sudah menurunkan harga gas industri USD 6 per MMBTU.
ADVERTISEMENT
Kata dia, di tengah menurunnya produksi dan kegiatan industri pemerintah seharusnya memberikan relaksasi biaya pada kapasitas minimum energi mulai dari listrik hingga gas.
"Kalau bisa juga jangan ada pembatasan kapasitas minimum untuk energi listrik dan gas," lanjut Henry.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim yang juga merupakan Ketua Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional, juga mengakui banyak pemain industri baja yang merasa biaya energi mahal.
"Yang jadi sorotan teman-teman memang kebijakan industri dan roadmap dari BUMN-BUMN untuk berikan harga energi yang murah. Bahkan ini, ada permintaan untuk bisa diberikan relaksasi listrik enam bulan ke depan," terangnya.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
ADVERTISEMENT
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!