Konsorsium Cardig-Changi Singapura Menang Tender Proyek Bandara Komodo

26 Desember 2019 19:33 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bandara Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bandara Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Konsorsium PT Cardig Aero Services (CAS) Tbk, Changi Airports Services International Pte Ltd (CAI), dan Changi Airports MENA Ltd. memenangkan tender lelang perluasan Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Duet dua perusahaan ini merupakan skema kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU) asing pertama yang menang, setelah mengalahkan dua konsorsium lainnya.
Kedua konsorsium yang dimaksud adalah Konsorsium Komodo yang beranggotakan PT Angkasa Pura II (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero), Citilink Indonesia, dan Muhibbah Engineering.
Lalu ada Konsorsium IWEG dengan anggota Egis, Wika Gedung, Interport, dan PGN Solution.
"Kami menetapkan Konsorsium PT Cardig Aero Services (CAS) Tbk dan Changi Airports Services International Pte Ltd (CAI) dengan nilai investasi Rp 1,2 triliun," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/12).
Budi mengatakan keputusan memilih Konsorsium CAS karena uang yang mereka investasikan paling besar. Selain itu, juga soal kompetensi Changi Airports di Singapura yang menjadi hub di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Budi mengatakan, selama ini Indonesia lemah dalam menarik investasi karena hub Asia Tenggara ada di Singapura. Jadi, harapannya, dengan investasi Changi di Bandara Komodo bisa menarik turis yang selama ini berlibur di Singapura.
"Uang itu penting, tapi international competion itu lebih penting," ucapnya.
Investasi yang disodorkan Konsorsium CAS Rp 1,2 triliun, Cardig dan Changi akan memperluas landasan pacu dari sebelumnya 2.400 meter menjadi 2.750 meter. Perluasan landasan pacu akan dilakukan selama dua tahun ke depan.
Pengembangan Bandara Komodo juga bakal meningkatkan kapasitas penumpang dari saat ini hanya 600 ribu orang, menjadi 4 juta orang selama 10 tahun.
Pengumuman pemenang tender pengembangan Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/12). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Selama lima tahun ke depan, perusahaan akan mengeluarkan biaya operasional Rp 5,7 triliun. Konsorsium CAS akan menjadi pengelola bandara ini selama 25 tahun ke depan. Investor juga memberikan jaminan senilai Rp 5 miliar kepada pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Konsesinya 25 tahun, setelah itu aset dikembalikan ke pemerintah," kata Budi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku senang dengan keberhasilan investasi asing ini. Sebab bisa menunjukkan Indonesia menjadi tempat berbisnis yang friendly.
Perluasan Bandara Komodo menjadi salah satu dari lima prioritas pemerintah agar lebih optimal dalam menjadikan Labuan Bajo sebagai bagian 10 Bali baru.
KPBU ini tak menggunakan sepeser pun dana APBN. Sri Mulyani mengaku titik berat pemerintah dalam KPBU adalah aset negara yang dikerja samakan.
"Kita harap transaksi ini bisa transparansi. Kami siap dukung proyek KPBU maupun sektor lainnya," kata dia.
Presiden Direktur CAS Nurhadijono Nurjadi mengatakan konsorsium bakal menggarap proyek ini tahun depan. Saat ini pihaknya masih dalam tahap negosiasi kontrak dan perpindahan tangan dari pengelola Bandara Komodo saat ini, PT Angkasa Pura I (Persero).
ADVERTISEMENT
"Kurang lebih 6 bulan, tapi nunggu kontrak selesai. (Setelah itu) tergantung proses pendanaan dan kontrak, ada penyelesaian penandatanganan kontrak kerja sama, ini kan penunjukan setelah kita negosiasi," ucap dia.