Krakatau Steel Akan Cicil Bayar Utang Rp 30 Triliun dalam 10 Tahun

13 Desember 2019 17:50 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baja produksi Krakatau Steel. Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
zoom-in-whitePerbesar
Baja produksi Krakatau Steel. Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
ADVERTISEMENT
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KRAS tengah menyelesaikan restrukturisasi utang perusahaan yang mencapai USD 2,2 miliar atau sekitar Rp 30,8 triliun (kurs Rp 14.000). Targetnya, tahun ini KRAS bisa menyelesaikan restrukturisasi utang ke semua bank tempat mereka meminjam utang.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, saat ini masih ada empat bank lagi yang masih diurus restrukturisasinya. Usai restrukturisasi selesai, Silmy berjanji bakal menyelesaikan utang yang besar itu hingga 10 tahun ke depan, terhitung mulai 2019.
"Skemanya adalah, satu, kita melakukan reschedule utang. Kita langsung akhir saja ke 10 tahun dan dengan cicilan bersahabat dengan kemampuan Krakatau Steel secara bertahap," kata dia ditemui di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Jumat (13/12).
Keempat utang bank yang dimaksud adalah CIMB Niaga, Standard Chartered, OCBC, dan DBS. Utang perusahaan di keempat bank ini porsinya 22 persen dari total utang yang harus direstrukturisasi.
Dia mengatakan, Menteri BUMN Erick Thohir turun langsung dalam membantu restrukturisasi utang Krakatau Steel. Selain menyelesaikan restrukturisasi utang, Silmy juga tengah mencari pendanaan dengan menjual aset-aset perusahaan non-produktif.
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Tapi, dia tak ingin membeberkan aset perusahaan mana yang bakal dilepas. Saat ini, pihaknya tak ingin buru-buru menjual agar nilai asetnya tak turun terlalu jauh.
ADVERTISEMENT
Krakatau Steel harus menelan pahit karena kinerja laporan keuangan yang kembali merugi. Pada kuartal III 2019, perusahaan berkode emiten KRAS ini mencatatkan kerugian mencapai USD 211,912 juta atau sekitar Rp 2,96 triliun (kurs Rp 14.000).
Meski laporan keuangan babak belur, Silmy Karim berjanji bakal meraih untung pada kuartal I 2020. Silmy yakin target tersebut bisa tercapai sebab masalah utama perusahaan yakni restrukturisasi utang bakal dibereskan akhir tahun ini.
"Real hasil transformasi akan kelihatan di kuartal I 2020. Targetnya laba. Mohon doa," kata Silmy kepada kumparan, April lalu.