Krakatau Steel Investasi Rp 101 Triliun hingga 4 Tahun ke Depan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membutuhkan investasi USD 7 miliar atau setara Rp 101,46 triliun (USD 1 = Rp 14.495) dalam waktu 3 hingga 4 tahun ke depan. Investasi ini diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi KRAS dari 4,5 juta ton saat ini menjadi 10 juta ton baja mentah (crude steel).
ADVERTISEMENT
“USD 5-7 miliar untuk 3-4 tahun ke depan,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim saat berkunjung ke kantor redaksi Kumparan di Jakarta, Selasa (11 Desember 2018).
Investasi ini juga diperlukan untuk membiayai pengembangan pabrik yakni memproduksi baja untuk keperluan otomotif. Lini produksi baja otomotif dipandang memiliki prospek yang sangat menjanjikan karena mayoritas kebutuhan industri kendaraan saat ini masih diimpor. Krakatau Steel juga akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di area pabrik Cilegon, Banten untuk mendukung operasional KRAS.
“Indonesia harus ke sana karena Indonesia yang cukup kuat di bidang otomotif tapi alangkah baiknya jika bahan bakunya pun seperti baja di dalam negeri. Targetnya akhir 2020 bisa beroperasi,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Perseroan berencana menggandeng mitra Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan baja asing (Jepang dan Korea) untuk membiayai pengembangan ke depan. Cara ini dipandang efektif untuk meningkatkan kapasitas produksi.
“Kalau loan, saya hindari. Kita sudah besar loan-nya. Satunya cara ya partnership, kedua adalah fundraising. Bisa macam-macam instrumennya. Ketiga ya sinergi BUMN,” sebutnya.
Ia menegaskan tak alergi bermitra dengan perusahaan baja asing, sepanjang bisa membawa manfaat untuk industri baja lokal. Selama ini, Krakatau Steel sudah bermitra dengan perusahaan baja asal Korea Selatan (Posco) dan Jepang (Nippon Steel).
“Kita enggak usah alergi dengan partnership. Kalau ada yang bisa bawa duit besok, bikin USD 10 juta, bawa duit, shakehand, jadi. Kalau kita mikir, harus KS 100 persen, tapi kapasitas kecil, ya mending partnership bisa kapasitas besar. Bisa bayar pajak di Indonesia, bisa buat lapangan kerja di Indonesia. Kita bisa akses pasar internasional,” tambahnya.
ADVERTISEMENT