Krisis Ekonomi 1998 Pukul Konglomerasi, Sekarang Semuanya Kena

10 Agustus 2020 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung perkantoran di Jakarta. Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Gedung perkantoran di Jakarta. Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
Krisis ekonomi yang terjadi saat ini dinilai lebih parah dibanding keadaan krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 lalu. Salah satu indikator umum dapat dilihat dari lumpuhnya sektor Usaha Kecil Menengah (UKM).
ADVERTISEMENT
Anggota Tim Asistensi Menko Perekonomian sekaligus Sekretaris Eksekutif I Komite Kebijakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Raden Pardede, menjelaskan krisis yang terjadi saat ini berdampak yang luar biasa parah ke berbagai sektor. Dari sektor perbankan hingga sektor pengusaha kecil.
"Tahun 97-98 lebih memukul sektor konglomerasi, kelompok kecil tidak terpukul. Sekarang, semuanya kena," kata Raden Pardede saat memaparkan review kuartal II dan Pemulihan Ekonomi Nasional secara virtual, Senin (10/8).
Menurut dia, pada krisis ekonomi 1998 pelaku usaha kecil masih bisa berjualan karena tidak ada kebijakan bekerja di rumah atau pembatasan sosial lainnya.
Selain itu, kegiatan-kegiatan usaha di perkantoran juga masih lancar. Sementara pandemi virus corona saat ini, membuat hampir seluruh kegiatan ekonomi secara fisik terhenti.
Petani menjemur biji kopi gabah (hard skin) Palintang jenis Arabika di rumah pengepul kopi, Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/7/2020). Foto: NOVRIAN ARBI/ANTARA FOTO
"97-98 kita tahu UMKM tidak terkena, masih survive, karena UMKM pada waktu itu tidak dilarang bekerja, kita tidak dilarang bekerja, berbisnis, dan tidak ada WFH. Kegiatan perkantoran masih berjalan, pedagang kaki lima masih jualan. Sekarang, dengan pelarangan memukul UMKM," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia pun tak heran jika ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus hingga 5,32 persen. Sebab, berdasarkan pengamatannya, perekonomian dalam negeri telah mengalami penurunan yang signifikan pada bulan Maret hingga April 2020.
"Tentu kita tidak kaget, karena kita lihat dari berbagai data-data yang sebelumnya atau indikator dini, penurunan kegiatan signifikan sejak April, Maret udah mulai, April-Mei turun drastis kegiatan itu. Sebab menganjurkan WFH dan tidak bepergian dalam kota atau luar kota," tuturnya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.