KSSK Cermati Tekanan Rupiah dan SBN ke Perekonomian RI

31 Juli 2018 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers KSSK kuartal II 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers KSSK kuartal II 2018. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan stabilitas sistem keuangan pada kuartal II 2018 dalam kondisi normal. Hal ini berdasarkan pemantauan terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar Surat Berharga Negara (SBN), perbankan, lembaga keuangan non bank, dan penjamin simpanan.
ADVERTISEMENT
Adapun KSSK diketuai oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan anggota lainnya terdiri dari Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimbih Santiso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.
Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meski kondisi ekonomi normal, namun komite akan tetap mewaspadai beberapa tantangan bagi perekonomian, baik dari global maupun domestik, seperti tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan SBN.
"KSSK mencermati tekanan pada nilai tukar dan SBN. Terutama yang berasal dari ekspektasi lanjutan kenaikan FFR dan sentimen perang dagang AS dengan mitra dagang utamanya," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (31/7).
ADVERTISEMENT
Dari sisi eksternal, KSSK mencermati rencana lanjutan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS, normalisasi moneter negara maju, serta risiko perang dagang AS dengan mitra dagangnya.
Memandang prospek dan tantangan bagi stabilitas makroekonomi dan keuangan tersebut, KSSK juga akan senantiasa mendorong sinergi kebijakan dan reformasi struktural yang diperlukan untuk memelihara dan mengantisipasi stabilitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kami akan terus optimalkan bauran kebijakan agar ketahanan makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," jelasnya. 
Sementara itu, Perry mengatakan pihaknya akan tetap menjaga stabilisasi ruoiah terhadap dolar AS. Kenaikan suku bunga di level 5,25 persen serta intervensi ganda yang dilakukan bank sentral juga telah dilakukan untuk stabilisasi kurs rupiah. 
ADVERTISEMENT
"Kurs saat ini Rp 14.420 per USD, melemah 6 persen year to date (ytd). Ini lebih rendah dibandingkan mata uang negara berkembang lainnya," tambahnya.