Kunci Hentikan Gelombang PHK di RI: Penanganan Wabah COVID-19 Dituntaskan

10 April 2020 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu toko yang tutup di Pasar Baru, Jakarta, Rabu (1/4/2020).  Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu toko yang tutup di Pasar Baru, Jakarta, Rabu (1/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Selama pandemi corona ini, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi pada jutaan karyawan. Jumlahnya diperkirakan bakal terus bertambah jika COVID-19 tak segera ditangani secara efektif.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset CORE, Piter Abdullah mengatakan, adanya wabah corona ini memang tak dipungkiri memukul berbagai sektor ekonomi.
"Cashflow terganggu, omzet turun drastis dan artinya terjadi kerugian yang besar. Ketika tidak ada cashflow masuk, maka untuk mengurangi beban perusahaan, PHK adalah jalan satu-satunya (yang bisa dilakukan)," ujar Piter ketika dihubungi kumparan, Jumat (10/4).
Selain itu, kondisi perusahaan diperparah dengan beban tanggungan atas kewajiban keuangan hingga cicilan pinjaman yang mesti dibayar.
"Apabila wabah ini berlangsung lebih lama kerugian akan menggerogoti modal dan perusahaan bisa bangkrut," sambungnya.
Piter Abdullah. Foto: Facebook/ @Piter Abdullah
Maka dari itu, Piter menekankan, kunci dalam memutus rantai PHK hingga mengerek perekonomian agar bisa pulih, ialah dengan mempercepat penanggulangan wabah corona. Kemudian melakukan upaya-upaya stimulus yang konkret.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah juga (perlu terus) berupaya mengurangi beban perusahaan dengan melonggarkan pajak, serta melalui OJK melonggarkan bank dalam restrukturisasi kredit. Semua upaya pemerintah ini tertuang dalam program stimulus pemerintah," kata dia.
Sementara itu, Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara pun berpendapat, pandemi corona saat ini memang tak bisa dihindarkan memukul ekonomi. Dampaknya ke penurunan daya beli masyarakat.
Selain itu, kata dia, pandemi juga menimbulkan naiknya tingkat kemiskinan karena masyarakat rentan miskin banyak yang turun ke bawah garis kemiskinan, dan secara akumulasi terjadi anjloknya pertumbuhan ekonomi.
"WTO sudah deklarasi bahwa kondisi perdagangan global akan terpuruk seperti tahun 1930, worst scenario volume perdagangan dunia akan turun 32 persen. Jadi memang ini tahun yang cukup berat," tegasnya.
Peneliti Indef Bhima Yudhistira saat menghadiri Diskusi Kinerja OJK Ditengah Kasus Jiwasraya, Selasa (28/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ia pun sependapat, soal wabah virus corona ini perlu segera dituntaskan. Di sisi lain, Ia mengkritik langkah pemerintah yang saat ini tengah menggencarkan Kartu Pra Kerja yang Ia nilai kurang efektif dampaknya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Kartu Pra Kerja itu sistemnya masih belum disiapkan dengan baik. Selain itu, juga masih diwarnai dengan data yang bermasalah hingga kurang tepat bentuknya.
"Yang dibutuhkan saat ini kan uang tunai dan sembako, sementara target kartu pra kerja 5,6 juta orang dikasih pelatihan online. Kan kurang pas ya. Kalau mau bantu ya cash transfer model BLT (Bantuan Tunai Langsung) ke tiap orang yang di PHK," kata dia.
**
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!