Kurang dari Sepekan Rp 20 Triliun Dana Asing Kabur dari RI Gara-gara Corona

24 Maret 2020 16:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan Bank Indonesia menyortir uang pecahan Rp100 ribu. Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan Bank Indonesia menyortir uang pecahan Rp100 ribu. Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona yang semakin meluas di Indonesia membuat dana asing kabur (capital outflow) dari pasar keuangan domestik. Bahkan kurang dari sepekan ini, Rp 20 triliun dana asing kabur dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal tersebutlah yang membuat nilai tukar rupiah sempat goyang, meskipun hari ini kembali stabil.
Berdasarkan data Financial Times pukul 16.00 WIB, kurs rupiah mencapai Rp 16.436 per dolar AS, menguat 0,62 persen. Padahal sebelumnya, rupiah sempat mencapai level Rp 16.550 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan sejak awal tahun hingga saat ini total capital outflow di berbagai instrumen keuangan mencapai Rp 125,2 triliun.
Angka ini meningkat Rp 20,1 triliun dibandingkan Kamis (18/3) yang terjadi capital outflow Rp 105,1 triliun.
"Total pada tahun ini terjadi aliran modal asing keluar di SBI (Sertifikat Bank Indonesia), SBN (Surat Berharga Negara), obligasi korporasi, saham, Rp 125,2 triliun," ujar Perry dalam live streaming, Selasa (24/3).
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia mencatat, dari total dana yang kabur, paling banyak dari SBN Rp 112 triliun, disusul saham Rp 9,2 triliun. Terbesar terjadi di Maret 2020, saat corona memasuki Indonesia.
"Itu semua hampir sebagian besar terjadi di Maret, yang terdiri totalnya Rp 104,7 triliun," jelasnya.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Perry berkomitmen agar likuiditas tetap tersedia. Tak tanggung-tanggung, BI bahkan telah menginjeksi likuiditas hingga mencapai Rp 300 triliun.
"Kami sampaikan sejauh ini BI telah injeksi likuiditas hampir Rp 300 triliun, berupa rupiah di pembelian SBN Rp 168 triliun, dari repo bank Rp 55 triliun, dan dari penurunan GWM di April kurang lebih Rp 75 triliun," kata Perry.
Otoritas moneter pun memastikan tetap melakukan intervensi nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya, baik di pasar spot, pembelian SBN, maupun domestic non delivery forward (DNDF).
ADVERTISEMENT
Perry juga menegaskan, intervensi ini dilakukan dengan tetap memperhatikan cadangan devisa.
"BI juga terus melakukan koordinasi dengan berbagai regulator termasuk KSSK guna menjaga stabilitas ekonomi," tambahnya.