Kurang Efektif, Pemerintah Kurangi Jumlah Tempat Pengolahan Fame B20

26 Oktober 2018 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penerapan mandatori Biodiesel 20 persen (B20) untuk sektor Public Service Obligation (PSO) dan nonPSO sudah berjalan selama satu bulan. Di tengah implementasi, pemerintah mengurangi jumlah tempat pengolahan untuk mencampur Fame dan Bahan Bakar Minyak (BBM).
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, pengurangan tempat blending ini agar lebih efektif. Selama ini, cukup banyak kendala yang dihadapi sehingga pemerintah pun memutuskan untuk mengurangi jumlah tempat pengolahan dari 86 titik menjadi 10 titik pengolahan saja di seluruh Indonesia.
“Kami akui program ini belum optimum. Meski pelaksanaannya getting better. Jadi kemarin kesepakatan dengan Pertamina, kita akan kurangi jumlah TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak). Sekarang ada 86 TBBM menjadi hanya 10 titik saja,” kata Rida di kantornya, Jakarta, Jumat (25/10).
Sebenarnya, sebelum ada perubahan ini, Kementerian ESDM sudah mengubah jumlah titik pengolahan Fame satu hari sebelum penetapan mandatori B20 ditetapkan. Kala itu, pada 29 Agustus 2018, Dirjen Migas Djoko Siswanto memutuskan hanya 13 titik pengolahan dari 52 titik. Jauh sebelum itu, Pertamina mengaku siap jika penyaluran dilakukan di 80 titik.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi biodiesel. (Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel. (Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul)
Rida menyebutkan, pengurangan jumlah titik agar memudahkan dan optimalisasi penyaluran. Dia mengatakan, sumber Fame banyak berasal dari Sumatera karena di sana jumlah ladang sawitnya sangat banyak. Tapi Fame itu harus disalurkan ke seluruh Indonesia.
Rida mengaku, jumlah titik yang banyak dikurangi berada di daerah timur Indonesia. Alasannya, karena penyaluran di sana sulit dilakukan sementara volumenya tidak begitu banyak. Dia menyebut, optimalisasinya akan diterapkan paling lambat 2019.
“Ombaknya besar, kapalnya kecil. Makanya keputusan rapat itu rapat ulang antara suplai dan demand lebih efisien dari ketersediaan kapal, kesiapan dermaga, blending facility, dan storage. Nah ini yang kemarin masih hambat B20. Pola baru ini akan lebih banyak efektif. Paling lambat 2019 itu skemanya. Jadi Pertamina hanya dapat Fame di 10 titik,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sepuluh titik pengolahan Fame menjadi B20 yang dimaksud terdiri atas 6 kilang Pertamina, yaitu RU Dumai, RU Plaju, RU Cilacap, RU Balikpapan, RU Balongan, dan RU Kasim di Papua. Sementara 4 sisanya adalah TBBM di Pulau Laut Kalimantan Selatan, TBBM Tuban, TBBM Sambas.