Layanan Perbankan Makin Canggih, Potensi Cybercrime Makin Besar

6 November 2018 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bentuk digitalisasi layanan nasabah BNI (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bentuk digitalisasi layanan nasabah BNI (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Risiko kejahatan cyber atau cybercrime menjadi salah satu tantangan bagi dunia perbankan. Direktur Manajemen Risiko BNI Bob Tyasika Ananta mengatakan, tren cybercrime memang terus meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu, perbankan juga harus merespons sama cepatnya dengan pertumbuhan cyber crime itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Tren cybercrime ini memang kemudian meningkat maka security harus meningkat terus dari waktu ke waktu. Coba begini, ada itu, kita bikin lagi. Jadi memang selalu dinamis,” ungkap Bob di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (6/11).
Untuk itu, perbankan harus selalu memperbarui sistem security. Sistem keamanan ini menurut Bob harus mampu mengidentifikasi, memitigasi, mendeteksi dan merespons kemungkinan adanya cybercrime.
Bob menjelaskan, layanan perbankan terus mengalami evolusi. Perbankan generasi awal atau 1.0 berada pada rentang waktu 1980 hingga 1995. Saat itu, pelayanan perbankan mencakup ATM, bank by phone, dial-up access, credit and debit card dominant dan desktop personal finance management.
Ilustrasi Internet. (Foto: fancycrave1 via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Internet. (Foto: fancycrave1 via Pixabay)
Setelah masa itu, perbankan masuk pada generasi 2.0 yaitu rentang waktu 1995-2007. Saat itu, layanan perbankan mencakup web based banking, online calculator, bill pay, online personal finance management dan online credit card origination.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, perbankan mulai memasuki generasi 3.0 yaitu mulai 2007 hingga 2015. Pada generasi ini perbankan telah memasuki full-function smartphone apps, branch network trimming, upgrade ATM capabilities, mobile wallet dan core banking predominantly sold in branch.
Selepas 2015, barulah perbankan memasuki generasi teranyar yaitu 4.0 atau digital banking. Dalam generasi ini, perbankan semakin maju dengan adanya Omni-channel banking, real-time peer-to-peer payments, Robo-advice, Blockchain, Self-service branches, Digital mortgage lending dan bahkan masih ada banyak lagi teknologi yang mungkin bisa muncul.
Menurut Bob, semakin maju perbankan dalam dunia digital maka risiko menghadapi cybercrime juga makin meningkat. Sebab, data-data perbankan juga bersinggungan dengan internet dan tekonologi. Sehingga seolah-olah ada celah yang dapat berpotensi menimbulkan cybercrime.
ADVERTISEMENT
“Bank sudah bersentuhan dengan teknologi digital. Kalau misal bank kecil dia belum kearah digital, ya dia enggak bisa dijangkau sama yang niat jahat. Tapi kalau sudah pakai digital makanya ada potensi,” tandasnya.