Lonjakan Kasus COVID-19 Terbanyak di Jawa, Sri Mulyani Turunkan Proyeksi Ekonomi

21 Juni 2021 16:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani khawatir kenaikan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia akan berdampak ke ekonomi. Apalagi, lonjakan kasus saat ini paling banyak berada di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
"Kenaikan jadi bergeser ke Pulau Jawa, ini berikan konsekuensi, karena Jawa memiliki kontribusi ke perekonomian sangat besar. Sehingga ini nanti mempengaruhi outlook ekonomi kita," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita secara virtual, Senin (21/6).
Adapun per 20 Juni 2021, total kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 1,98 juta orang. Dari angka tersebut, total kematian mencapai 54.662 orang, total sembuh 1,79 juta orang, dan total kasus aktif 142.719 orang.
Pulau Jawa menjadi pendorong utama kenaikan kasus COVID-19 secara nasional, terutama dalam seminggu terakhir. Seperti DKI Jakarta misalnya, kenaikan kasusnya mencapai 3.708 orang, Jawa Barat 2.233 , Jawa Tengah 1.638, Jawa Timur 641, Yogyakarta 556, dan Banten 211 kasus.
"Kalau kita lihat kenaikan tertinggi seperti di DKI Jakarta, ini yang akan jadi pusat perhatian minggu-minggu ini, akan pengaruhi ekonomi di kuartal II, karena kuartal II sampai Juni. Oleh karena itu, COVID-19 harus dikendalikan, karena kalau enggak, enggak bisa kita normalisir apapun, baik itu pendidikan, sosial, keagamaan, maupun ekonomi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini tak akan setinggi proyeksi sebelumnya. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 ini akan lebih rendah dari 8,3 persen.
"Kuartal II yang disampaikan minggu lalu 7,1-8,3 persen. Seiring dengan kenaikan COVID, mungkin upper end-nya akan lebih rendah," kata Sri Mulyani.
Namun demikian, secara keseluruhan Menkeu memproyeksi ekonomi kuartal II akan jauh lebih baik dari kuartal sebelumnya maupun kuartal II tahun lalu.
Menurut dia, berbagai indikator menjadi faktor penopang perekonomian, mulai dari indeks manufaktur, keyakinan konsumen, konsumsi listrik, hingga penjualan kendaraan bermotor.
"Tapi kita mengetahui, bahwa kuartal II selain rebound dan recovery, tahun lalu kuartal II dalam sekali 5,3 persen kontraksinya, di satu sisi rebound atau natural based effect yang terjadi. Di sisi lain juga ada geliat perekonomian, kita harus lihat faktor penopang ini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT