Luhut: Dulu China Dianggap Seperti Glodok, Sekarang Merajai Perdagangan Dunia

14 Agustus 2020 13:40 WIB
Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan hadiri Entry Meeting di Gedung BPK, Jakarta, Senin (6/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan hadiri Entry Meeting di Gedung BPK, Jakarta, Senin (6/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan kekagumannya pada China. Menurut dia, China mampu bangkit dari negara miskin menjadi bangsa maju hingga merajai perdagangan dunia.
ADVERTISEMENT
Besarnya peran China dalam perdagangan internasional itu berpengaruh pada banyak negara lain di dunia, termasuk Indonesia.
Hal tersebut terlihat dari perang ekonomi yang terjadi antara China dan Amerika Serikat, begitu pun saat ada wabah virus corona yang menyebabkan roda ekonomi dunia ikut melambat.
"Dulu kita anggap China seperti Glodok saja, sekarang tidak. 16 persen lebih perdagangan dunia dipegang China. Jadi kalau ada apa-apa dengan China kita pasti terganggu," kata Luhut dalam sambutannya di acara Dies Natalis IV Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia secara virtual, Jumat (14/8).
Luhut mengatakan, China menjadi negara maju karena disiplin sekaligus memanfaatkan privilege yang diberikan Amerika Serikat di masa lalu.
Dulu, AS banyak memberikan pengecualian pada negara tirai bambu karena dianggap hanya akan menjadi negara komunis. Dengan begitu, AS akan tetap menjadi langgeng menjadi negara kapitalis terbesar dunia.
ADVERTISEMENT
Ternyata AS salah menilai. China memanfaatkan pengecualian tersebut dengan membangun banyak industri hingga menjadi negara komunis yang kapitalis.
"Begitu dahsyatnya China dengan teknologi 5G, efisiensi, dan disiplinnya. China berubah jadi suatu negara yang hebat. Kadang kita enggak mau ngakuin itu," ujarnya.
Jalanan di Guanzhou, China. Foto: Shutter Stock
Selama ini banyak orang membicarakan China hanya tentang isu sebagai negara komunis. Padahal, dengan kesuksesan saat ini, China menjadi poros ekonomi dunia termasuk AS.
Menurut Luhut, paham komunis tetap dibutuhkan China agar 1,4 miliar penduduknya tetap bersatu. Tapi dengan ideologi itu juga, hampir tidak ada kritik dari warganya dan fokus membangun industri.
"Dan itu yang dia lakukan sehingga tidak ada kritik-kritik yang tidak perlu, hanya fokus membangun dan pemerintah mendeliver. Yang diselesaikan di China itu sangat besar dibandingkan negara-negara di dunia," kata Luhut.
ADVERTISEMENT
Di antara perang dagang antara AS dan China, Indonesia sebagai negara independen, kata Luhut, harus melihat peluang ekonomi, bukan malah memusuhinya.
"Kita juga harus cari pola kita sendiri, tidak serta-merta kita memusuhi (China). Kita harus cari pola dari korelasi ini, kita harus bisa selancar, melihat keluar. Anda sebagai sarjana, pasca sarjana dan ada di kajian startejik ini, harus lihat secara luas," kata Luhut.