Luhut: Investasi Asing Rp 486 T Siap Dieksekusi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Luhut mencatat pipeline investasi yang Indonesia miliki mencapai USD 30,9 miliar atau setara Rp 486,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.731 per dolar AS). Pipeline investasi ini berada dalam tahap konstruksi atau menunggu persetujuan perizinan.
“Dan hilirisasi ini, yang sudah dimiliki Indonesia kurang lebih USD 30,9 miliar. Ini hal yang kita eksekusi, tinggal jalan aja,” ujar Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi di Hotel RItz-Carlton Jakarta, Rabu (30/11).
Angka itu menurutnya sangat fantastis, dan membuat Indonesia jadi negara ASEAN kedua setelah Singapura dengan aliran PMA terbesar. Namun menurutnya Indonesia lebih baik, karena di Indonesia investasi yang digelontorkan dari asing itu untuk membangun ekosistem industri di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Di negara ASEAN, di samping Singapura, Indonesia nomor dua yang menarik investasi ke dalam negerinya. Kalau Singapura memang tempat mereka singgah, tapi kita (di Indonesia), dia investasi ke tempat kita," katanya.
Sejak 2017, aliran PMA ke Indonesia selalu tembus dua digit. PMA yang masuk ke Indonesia pada 2017 mencapai USD 20,6 miliar, pada 2018 USD 20,6 miliar, pada 2019 mencapai USD 23,9 miliar, pada 2020 sebesar USD 18,6 miliar, dan pada 2021 PMA yang masuk mencapai USD 20,1 miliar.
Melihat tren positif itu, Luhut mengatakan dirinya sepakat dengan Presiden Jokowi bahwa Indonesia jangan mempersulit investor masuk Indonesia.
"Oleh karena itu, apa yang disampaikan presiden tadi, kita semua harus kompak jangan mempersulit investor datang ke tempat kita," imbuh Luhut.
ADVERTISEMENT
Luhut menggarisbawahi, investasi asing yang masuk ke Indonesia tak semata kucuran dana, tapi bagaimana hal itu bisa membangun kesatuan ekosistem industri di Indonesia.
"Kita membangun ekosistem, bukan memberikan proyek. Saya ulangi, tidak membangun proyek, tapi membangun satu ekosistem," tandasnya.