Luhut: Pabrik Sawit dan Minyak Goreng Secepatnya Dibangun di Bengkulu

12 Juli 2022 17:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan hadiri peresmian gerakan UMKM dan buka puasa bersama di Sopo Del, Kamis (7/4). Foto: Hedi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan hadiri peresmian gerakan UMKM dan buka puasa bersama di Sopo Del, Kamis (7/4). Foto: Hedi/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan pemerintah akan segera membangun pabrik Crude Palm Oil (CPO) dan pabrik minyak goreng di wilayah Provinsi Bengkulu.
ADVERTISEMENT
Luhut mengatakan pembangunan pabrik tersebut dilakukan untuk menstabilkan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di wilayah tersebut.
"Pabrik sawit dan pabrik minyak goreng secepatnya dibangun di Provinsi Bengkulu guna menstabilkan harga agar harga sawit (TBS stabil)," kata Luhut di Bengkulu, dikutip dari Antara, Selasa (12/7).
Luhut menjelaskan pabrik di wilayah Provinsi Bengkulu akan dibangun melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Selain itu, guna menurunkan harga TBS di tingkat petani, pemerintah pusat segera melakukan pengosongan tangki di seluruh pabrik sawit.
Sehingga perusahaan sawit dapat membeli TBS dengan harga yang tinggi dan pemerintah pusat menargetkan pembelian TBS nantinya di atas Rp 2 ribu per kilogram.
"Presiden juga mengiyakan dengan tangki dikosongkan agar seluruh perusahaan membeli TBS dengan harga yang tinggi," ujar Luhut.
ADVERTISEMENT
Harga TBS saat ini di tingkat petani dibeli dengan kisaran Rp 600 hingga Rp 700 per kilogram. Sedangkan di tingkat pabrik dibeli dengan harga Rp 900 per kilogram.
Pemerintah akan mendorong percepatan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebutkan agar penyerapan sawit di tingkat petani optimal maka ekspor CPO harus ditingkatkan.
"Kalau ekspor lancar, maka pabrik-pabrik bisa mengosongkan tangkinya. Kalau tangki sudah kosong, maka perusahaan akan berebut membeli tandan buah segar," ujar Zulhas.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan per 4 Juli 2022, persetujuan ekspor CPO, RBD Palm Oil, RBD Palm Olein, dan UCO program percepatan melalui skema DMO Simirah tercatat mencapai 1,31 juta ton dengan angka realisasi sebesar 65,91 persen atau 885.500 ton. Sehingga volume yang belum terealisasi ada sebanyak 434.067 ton.
ADVERTISEMENT