Luhut Proyeksi RI Akan Jadi Produsen Baterai Lithium di 2024

6 Desember 2022 21:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan dalam diskusi panel B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (13/11/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan dalam diskusi panel B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (13/11/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan RI memiliki potensi menjadi salah produsen terbesar di dunia dalam produksi baterai lithium yang digunakan untuk kendaraan listrik (EV).
ADVERTISEMENT
Menurut Luhut, baterai lithium dapat mulai diproduksi pada tahun 2024. Kemudian ia memproyeksikan Indonesia dapat menjadi produsen kedua atau ketiga terbesar pada tahun 2028.
“Saya berharap 2024 kita dapat memproduksi baterai lithium, meski kita masih ada beberapa isu dalam produksi. Tapi jika ini dapat berjalan lancar, 2028 kita bakal menjadi terbaik kedua atau ketiga, untuk produksi lithium global,” tutur Luhut pada forum 10th US-Indonesia Investment Summit 2022 di Mandarin Oriental Jakarta, Selasa (6/12).
Ia memaparkan dalam lima tahun terakhir, Indonesia berhasil mengamankan investasi lebih dari USD 100 miliar, di antaranya adalah investasi untuk ekosistem baterai lithium senilai USD 35 Miliar.
“Saya belum lama ini bertemu dengan orang Contemporary Amperex Technology Co, Limited (CATL) dan dia bilang ingin investasi di Indonesia dengan deal USD 35 miliar (untuk ekosistem baterai lithium),” katanya.
ADVERTISEMENT
Menkomarves mengatakan, ekosistem baterai akan menjadi sumber investasi yang penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka demikian, ia berpesan produksi bahan baku lithium yaitu nikel harus lebih ditingkatkan.
“Jika Indonesia sukses di industri nikel sebagai bahan baterai, kita lihat angka di sini kita bisa mengamankan USD 293 miliar di 2028. Maka dari itu, kita akan perkuat lagi industrinya mulai tahun depan dan 2024 kita sudah punya sistem terpadu,” tutupnya.