Luhut Sebut Bali Rugi Rp 9 Triliun, PHRI Akui Pulau Dewata dalam Kondisi Buruk

9 Oktober 2020 12:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Pandawa yang kosong, selama ditutup bagi wisatawan akibat wabah corona, di Kuta Selatan, Bali, Senin (23/3). Foto: REUTERS/Johannes P. Christo
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Pandawa yang kosong, selama ditutup bagi wisatawan akibat wabah corona, di Kuta Selatan, Bali, Senin (23/3). Foto: REUTERS/Johannes P. Christo
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebut Bali mengalami kerugian Rp 9 triliun akibat wabah corona. Kondisi ini pun diamini Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum PHRI, Maulana Yusran, mengungkapkan parahnya roda ekonomi Bali selama ini karena penghasilan yang diandalkan dari sektor pariwisata. Sektor ini menghidupi mayoritas masyarakat Pulau Dewata.
"Kalau melihat kondisi Bali, ya dalam kondisi sangat buruk. Apa yang digambarkan Pak Menko begitu adanya. Selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tidak ada satu pun pergerakan," kata dia saat dihubungi kumparan, Jumat (9/10).
Maulana mengatakan, yang sektor pariwisata Bali sangat tertekan saat ini karena mayoritas destinasinya selama ini dikunjungi wisatawan mancanegara. Jadi, semakin banyak wabah ini menyebar, hotel dan restoran di Bali akan banyak yang berguguran.
Menurut dia, pelonggaran PSBB pun tidak cukup mendongkrak okupansi hotel. Selama ini, 40 persen okupansi di hotel diisi oleh wisman.
ADVERTISEMENT
Kini, pariwisata Bali hanya mengandalkan kunjungan wisatawan domestik yang okupansinya pun di bawah 10 persen. Padahal, jumlah kamar hotel di Bali mencapai 300 ribu.
"Bali itu PSBB baru dibuka akhir Juli. Jadi sejak Juli-Agustus, (okupansi) di bawah 10 persen. Banyak hotel tutup juga. Jumlah kamar ada 300 ribu di Bali," ujarnya.
Rendahnya okupansi hotel berdampak pada jumlah pekerja hotel dan restoran yang dirumahkan di Bali dan wilayah lainnya di Indonesia. Kata Maulana, hingga saat ini ada sekitar 500 ribu pekerja di sektor ini yang dirumahkan.
"Sampai Juni kemarin 30 persen dari total pekerja di seluruh Indonesia, khususnya pegawai kontrak sudah enggak diperpanjang, ini kan dampaknya nasional. Sudah merambah ke pegawai tetap," ujarnya.
Seorang nelayan bersiap untuk memancing di Pantai Pandawa di Kuta Selatan, Bali, Indonesia, selama ditutup bagi wisatawan akibat wabah corona, Senin (23/3). Foto: REUTERS/Johannes P. Christo
Sebelumnya, Luhut menyebut Pulau Dewata merugi hingga Rp 9 triliun per bulan gara-gara wabah Corona. Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Bali minus 1,14 persen. Kondisinya makin parah pada kuartal II yang minus hingga 10 persen.
ADVERTISEMENT
"Kunjungan wisatawan mancanegara berkurang 99 persen. Akibatnya, Bali mengalami kerugian Rp 9 triliun per bulan. Ini masalah besar yang harus dihadapi. Tenaga kerja formal mengalami PHK baik itu pemandu wisata, buruh, nelayan, dan lainnya," kata dia dalam peresmian Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Padat Karya Restorasi Terumbu Karang (Indonesia Coral Reef Garden/ICRG) 2020 secara virtual, Rabu (7/10).
Agar Bali tidak semakin terpuruk, Luhut meminta pemerintah daerah tak hanya mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama. Harus ada sektor lain yang dibangun agar masyarakat tetap bisa mendapatkan penghasilan di masa sulit ini.
Menurut dia, restorasi terumbu karang menggunakan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) bisa menjadi solusinya. Melalui proyek ini, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mengucurkan dana hingga Rp 111,2 miliar untuk restorasi 5 wilayah terumbu karang di Bali.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.