news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Luhut Sebut Belum Ada Info Kedatangan Rusia dan Ukraina di KTT G20

12 Oktober 2022 11:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat Kedutaan Besar China di Indonesia Dan Misi China untuk ASEAN Gelar Resepsi Online Dalam rangka HUT ke-73 Berdirinya Republik Rakyat China. Foto: Kedubes China
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat Kedutaan Besar China di Indonesia Dan Misi China untuk ASEAN Gelar Resepsi Online Dalam rangka HUT ke-73 Berdirinya Republik Rakyat China. Foto: Kedubes China
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Panjaitan mengaku belum mendapatkan informasi terkait kedatangan Rusia dan Ukraina pada perhelatan KTT G20 yang akan berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022 mendatang.
ADVERTISEMENT
Adapun isu-isu yang akan dibahas dalam KTT G20 mendatang akan diwarnai dengan isu pemboikotan terkait serangan militer Rusia ke Ukraina.
Negara atau wilayah yang menjadi anggota G20 selain Indonesia, adalah Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, serta Italia. Selain itu juga ada Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa.
"Belum ada info," kata Luhut kepada awak media di JCC Senayan, Rabu (12/10).
Sejauh ini seluruh kepala negara peserta G20 terkonfirmasi hadir. Termasuk tiga kepala negara adidaya yakni Presiden AS, Joe Biden; Presiden Rusia, Vladimir Putin; Dan Presiden China, Xi Jinping. Sementara kehadiran Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sangat bergantung pada aspek keamanan.
ADVERTISEMENT
Ketegangan di antara Barat dan Rusia serta sekutunya, menjadi salah satu hambatan KTT G20 untuk dapat menyepakati konsensus bersama. Informasi yang diperoleh kumparan, sebagai penggantinya akan dirilis Chairman Notes.
"Komunike, konsensus, notes, atau apa pun namanya itu gak terlalu prinsip ya. Yang lebih penting bagaimana pernyataan-pernyataan itu punya kekuatan untuk diimplementasikan oleh negara anggota. Apa artinya komunike yang normatif, ketimbang Chairman Notes tapi lebih powerful?" kata sumber itu.