Luhut Sebut Ekspor Besi Baja dan Kendaraan Meningkat saat Pandemi

25 Juli 2020 19:22 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik baja milik PT Waskita Karya Tbk (Persero) untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur. Foto: Dok. Waskita Karya
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik baja milik PT Waskita Karya Tbk (Persero) untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur. Foto: Dok. Waskita Karya
ADVERTISEMENT
Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi mencatat, realisasi ekspor besi dan baja serta vehicle berupa kendaraan roda dua dan empat serta suku cadang, justru meningkat di tengah pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan per 25 Juli 2020, nilai ekspor untuk besi dan baja mencapai USD 4 miliar. Sementara untuk ekspor kendaraan, nilainya tembus USD 2,3 miliar.
“Per hari ini kita sudah ekspor USD 4 miliar (iron and steel). Mobil masih USD 2,3 miliar,” ungkap Luhut dalam Webinar Investasi di Tengah Pandemi, Sabtu (25/7).
Luhut mengatakan realisasi ini mulai menunjukkan peningkatan dibanding realisasi pada kuartal I-2020. Pada kuartal I 2020, ekspor besi baja masih berada di USD 2,3 miliar. Sementara realisasi untuk ekspor kendaraan berada di USD 2 miliar.
Mantan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Luhut mengklaim, peningkatan ini terjadi seiring telah dibangunnya smelter sejak tahun lalu. Menurutnya tahun lalu realisasi ekspor besi baja mencapai USD 7,4 miliar, sementara ekspor kendaraan tembus USD 8,1 miliar. Dengan adanya smelter tersebut, Luhut menargetkan tahun ini Indonesia bisa ekspor besi baja senilai USD 10 miliar.
ADVERTISEMENT
“Dan tahun ini kita harapkan ini iron and steel kita ekspor USD 10 miliar. Walaupun jumlah ini dibandingkan dengan yang lain masih kecil tapi ini sangat membantu,” tandasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata nilai ekspor besi dan baja selama paruh pertama 2020 naik 35,04 persen menjadi USD 4,5 miliar. Hal tersebut didorong oleh smelter yang ada di Kawasan Industri Morowali dengan tujuan pasar utamanya ke China dan beberapa negara lainnya.