Luhut soal Larangan Ekspor Bijih Nikel: Tunggu Arahan Presiden

13 Agustus 2019 20:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan. Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia santer dikabarkan bakal mempercepat larangan ekspor bijih nikel dari waktu yang sudah disepakati. Jika percepatan itu disepakati, ekspor nikel bakal dilakukan sebelum 2022.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan tak membantah atau mengiyakan percepatan tersebut. Tapi dia bilang keputusannya tunggu kabar dari Presiden Joko Widodo.
"Kita lihat saja keputusan presiden dalam beberapa waktu ke depan. Tunggu saja perintahnya presiden," kata Luhut saat ditemui usai acara Indonesianisme Summit 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (13/8).
Meski enggan menegaskan bakal ada percepatan larangan, Luhut mengatakan, langkah itu diambil untuk menarik investor ke Indonesia. Luhut ingin banyak perusahaan yang mengolah bijih nikel menjadi feronikel.
Perusahaan nikel di Indonesia saat ini tengah membangun smelter nikel. Pembangunan ini bersifat wajib jika mereka ingin tetap ekspor bijih nikel hingga 2022.
Pemurnian nikel menjadi feronikel penting dilakukan di dalam negeri sebab merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai listrik dalam bentuk stainless steel yang saat ini mulai dikembangkan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Seperti saya jelaskan dalam (situasi) trade war (perang dagang), kita perlu menarik investor sebanyak mungkin. Pada 2021 kita akan jadi produsen stainless steel terbesar di dunia, kita bangun value chain di Morowali dan di Wesabe sana," kata Luhut.
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
Atas rumor yang merebak ini juga, harga nikel dunia naik dalam beberapa waktu lalu.
Dilansir The Wall Street Journal, harga nikel dunia di London Metal Exchange (LME) mengalami kenaikan tertinggi sejak awal tahun. Pada penutupan perdagangan Kamis (8/8), harga nikel naik 7 persen. Kontrak nikel tiga bulan naik hingga USD 16.690 per metrik ton di awal sesi, tetapi berhasil ditutup USD 15.880 per ton atau masih naik 7,2 persen dari hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sejak awal tahun, harga nikel telah naik lebih dari 50 persen di London Metal Exchange. Pergerakan harga ini menjadikan nikel salah satu komoditas dengan kinerja terbaik secara global.
"Pendorong utama kenaikan nikel adalah ada laporan bahwa pemerintah Indonesia bakal memberlakukan larangan ekspor bijih nikel lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya oleh pasar. Ini meningkatkan momok pasokan yang lebih ketat tahun depan," kata analis dikutip Minggu (12/8).
Sebanyak 3 pabrik pemurnian atau smelter nikel ditargetkan bakal beroperasi tahun ini. Ketiga smelter tersebut saat ini masih dalam tahap pembangunan dengan progres beragam, 76 persen sampai mendekati 100 persen. Ketiga smelter nikel tersebut adalah smelter PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Tanjung Buli, Halmahera Timur, PT Wanatiara Persada di Halmahera Selatan, dan PT Bintang Smelter Indonesia di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
ADVERTISEMENT