Luhut Ungkap RI Siap Sambut Investasi USD 700 Miliar untuk Energi Terbarukan

13 November 2022 14:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Waduk Muara Nusa Dua di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Waduk Muara Nusa Dua di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (11/11/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan komitmen Indonesia dalam mempercepat transisi energi untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.
ADVERTISEMENT
Luhut menilai target tersebut sangat mungkin dicapai mengingat potensi energi baru terbarukan (EBT) Indonesia sangat besar, mencapai 437 gigawatt (GW). Pemerintah melalui PT PLN (Persero) juga siap mengembangkan potensi energi terbarukan tersebut.
"Pak Darmawan (Direktur Utama PLN) menyebutkan dan mengingatkan saya bahwa hingga tahun 2060 potensi investasi energi terbarukan sekitar USD 700 miliar. Jadi ini kue besar. Makanya saya sangat percaya diri bahwa Indonesia bisa mempercepat transisi energi karena begitu banyak potensi yang bisa kita lakukan di negara ini, jika kita kelola dengan baik," ungkap Luhut dalam BNEF Summit di Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11).
Dengan besarnya potensi EBT yang dimiliki Indonesia, kata Luhut, hal ini bisa menjadi peluang kerja sama bagi seluruh negara global untuk bersama menurunkan emisi karbon.
ADVERTISEMENT
"Anda bisa melihat, Indonesia berkomitmen untuk net zero emission 2060 atau lebih cepat. Dan kembali, saya yakin kita bisa mewujudkan hal itu lebih cepat. Teknologi dan teamwork, dan kami belajar," tegas Luhut.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menilai langkah transisi energi ini perlu dilakukan untuk bisa menjamin masa depan anak bangsa. Hal itu juga menjadi nilai yang diusung oleh PLN untuk berkomitmen penuh dalam transisi energi.
"Dalam hal ini PLN memutuskan bahwa kita punya komitmen penuh untuk melakukan itu. Kita melakukan bukan hanya karena ada perjanjian internasional. Bukan hanya karena suatu kebijakan. Kita melakukan itu karena kita betul-betul peduli," kata Darmawan.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo (kanan) memeriksa kesiapan petugas saat apel siaga pengamanan pasokan ketenagalistrikan KTT G20 dan Yantek Optimization di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (1/11/2022). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
Darmawan mengungkapkan berbagai upaya telah dilakukan PLN dalam agenda transisi energi. Selain membangun pembangkit berbasis EBT, PLN juga mendorong ekosistem kendaraan listrik sehingga bisa menurunkan angka kebergantungan energi fosil di tengah tantangan krisis energi.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa dalam waktu dekat, energi bersih akan menjamin ketahanan dan keterjangkauan energi," lanjutnya.
Dia mencontohkan, dalam jangka pendek penggunaan gas alam merupakan salah satu strategi penting dalam transisi energi. Dalam jangka panjang, PLN fokus pada pengembangan energi terbarukan skala besar yang dikombinasikan dengan penyimpanan energi dan interkoneksi.
"Kita sudah berhasil menghapus 13 GW pembangkit listrik batu bara dalam fase perencanaan. Artinya apa kita sudah bisa menghindari CO2 emisi sebesar 1,8 miliar ton selama 25 tahun," ungkap Darmawan.
Selain itu, PLN juga sudah mengubah perencanaan pembangunan pembangkit batubara sebesar 1,1 GW menjadi berbasis energi bersih dan 880 MW pembangkit batu bara yang dikonversi menjadi berbasis gas.
ADVERTISEMENT
"Kita juga membangun RUPTL yang sangat agresif dalam menambahkan EBT sebesar 20.9 GW atau 51.6 persen penambahan pembangkit dari 2021-2030 itu berbasis EBT. Ini adalah RUPTL yang terhijau dalam sejarah PLN maupun dalam sejarah Indonesia," paparnya.
Darmawan menambahkan pada tahun ini dari upaya tersebut PLN mampu menurunkan emisi hingga 35 juta ton. Namun, jika tidak ada upaya maksimal, emisi karbon bisa mencapai 240 juta ton. Untuk itu, kata Darmawan, perlu inovasi teknologi, pembiayaan, dan kebijakan yang memungkinkan EBT dikembangkan secara masif.