Mahalnya Cabai Merah Picu Inflasi Januari 2020 Capai 0,39 Persen

3 Februari 2020 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers Badan Pusat Statistik (BPS).
 Foto:  Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Badan Pusat Statistik (BPS). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi selama Januari 2020 sebesar 0,39 persen secara bulanan (mtm) dan 2,68 persen secara tahunan (yoy). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 0,34 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Inflasi secara bulanan di Januari 2020 lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 0,32 persen (mtm). Meski demikian, Kepala BPS Suhariyanto menyebut, inflasi di tahun ini tak bisa dibandingkan secara langsung atau apple to apple karena tahun dasar yang berbeda.
"Mulai Januari 2020 ini, kita memakai tahun dasar 2018, berbeda dengan sebelumnya yang pakai tahun dasar 2012. Di tahun dasar 2018 ini, ada beberapa komoditas yang dikeluarkan karena sudah tak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Sebaliknya, ada komponen baru yang kita masukan," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/2).
Komponen yang menyebabkan inflasi selama bulan lalu adalah makanan, minuman dan tembakau, yang mengalami inflasi sebesar 1,62 persen dan memiliki andil terhadap total inflasi sebesar 0,41 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan komoditas penyebab inflasinya, harga cabai naik berkontribusi terhadap inflasi. Cabai merah andil ke inflasi sebesar 0,13 persen; cabai rawit dengan andil 0,05 persen; ikan segar, rokok kretek filter, rokok putih, dan kretek putih masing-masing 0,02 persen; serta sayuran dengan andil 0,01 persen.
"Kenaikan harga cabai merah, cabai rawit ini menyumbang inflasi. Cabai merah andilnya ke inflasi 0,13 persen, cabai rawit andilnya 0,05 persen, ini yang paling tinggi sebabkan inflasi Januari," kata dia.
Petani mengemas cabai merah ke dalam karung usai dipetik di area persawahan. Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga atau deflasi yaitu daging ayam ras, dengan andil terhadap inflasi 0,03 persen. Selain itu, telur ayam ras juga memiliki andil ke inflasi 0,01 persen.
Komponen penyumbang inflasi lainnya adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi 0,46 persen dan andilnya 0,03 persen.
ADVERTISEMENT
"Penyumbang komponen perawatan pribadi adalah kenaikan harga emas perhiasan dengan andil 0,02 persen," katanya.
Pesawat Airbus A330-300 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Foto: REUTERS / Beawiharta
Namun demikian, komponen transportasi menjadi satu-satunya yang mengalami deflasi, sebesar 0,89 persen dan andilnya terhadap deflasi mencapai 0,11 persen.
Suhariyanto menuturkan, deflasi pada transportasi itu karena adanya penurunan harga tiket pesawat, dengan andil 0,07 persen. Ada juga dari penurunan BBM, dengan andil deflasi 0,06 persen.
Secara keseluruhan, inflasi selama Januari 2020 lebih disebabkan oleh komponen harga bergejolak, dengan inflasi 1,93 persen dan andilnya 0,32 persen. Secara rinci, inflasi komponen bahan makanan sebesar 1,77 persen dan andilnya 0,32 persen; serta komponen energi terjadi deflasi 0,61 persen dan andilnya terhadap deflasi 0,06 persen.
"Inflasi inti 0,19 persen dan andilnya 0,12 persen, harga yang diatur pemerintah deflasi sebesar 0,26 persen dan andilnya ke deflasi 0,05 persen. Jadi inflasi Januari 2020 ini lebih karena bahan makanan, cabai merah, cabai rawit, dan sebagainya," tambahnya.
ADVERTISEMENT