Manufaktur dan Jasa Modern Bisa Genjot Ekonomi RI

21 Oktober 2019 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memberikan pidato di Gedung Nusantara, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10).  Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan pidato di Gedung Nusantara, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo menegaskan ekonomi Indonesia harus bertransformasi. Tak lagi menggantungkan pada Sumber Daya Alam, namun beradaptasi ke industri manufaktur dan jasa modern.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam pidato pelantikannya di Kompleks Parlemen, Gedung DPR dan MPR, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10).
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, mengaku manufaktur dan jasa modern bisa meningkatkan perekonomian nasional.
"Manufaktur, khususnya makanan dan minuman, di sektor perkebunan, kimia farmasi, seharusnya bisa kita kembangkan. Karena bahan baku tersedia cukup banyak," ujar Bhima ketika dihubungi kumparan, Senin (21/10).
Untuk bisa mendorong manufaktur, Bhima menekankan pemerintah harus mengatasi persoalan yang melingkupinya. Misalnya mahalnya biaya logistik yang perlu diminimalisir dengan efisiensi dan optimalisasi infrastuktur.
"Pasokan bahan baku sampai ke industri memang biaya logistik kita masih mahal. Logistik kita masih 24 persen terhadap PDB," kata dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masalah teknologi juga masih perlu dikembangkan. Ia mencontohkan, ketika pemerintah mengembangkan mobil listrik, selain aturan juga perlu disiapkan inovasi kesediaan komponen seperti baterai.
"Manufaktur kita ini masih belum adaptif terhadap perkembangan teknologi. Khususnya manufaktur menengah ke bawah, atau kecil," ujarnya.
Sementara soal jasa modern, Bhima menilai seharusnya bisa menjadi satu kesatuan dalam menunjang manufaktur. Mulai dari, jasa komunikasi, logistik, transportasi hingga keuangan.
"Soal pengembangan ekonomi digital ini sebenarnya bisa berjalan paralel. Ya karena kalau kita bicara soal manufaktur ini kan memproduksi barang, maka barangnya ini akan dijual kepada e-commerce, manufaktur kan menjual barang ke e-commerce sehingga sebetulnya jasa modern ini adalah supporting manufaktur itu sendiri dalam satu rantai pasok. Financing-nya dari fintech," papar dia.
Ilustrasi pabrik tekstil. Foto: Getty Images
Sementara itu, Ekonom senior Bank Negara Indonesia (BNI), Kiryanto, menambahkan konektivitas kedua bidang itu selanjutnya bisa menjadi kesempatan industri jasa lokal untuk bisa memanfaatkan peluang.
ADVERTISEMENT
"Kebetulan negara kita sedang growing sedang tumbuh, jangan sampai pergerakan jasa yang sudah bagus ini nanti dimasukin asing. Nanti kalau semua jasa kita dikuasai asing kan repot, walaupun kita tidak anti asing ya, tapi tetap saja kalau bisa pengusaha nasional domestik yang diberi prioritas," kata dia.
Selain itu, hal penting lainnya yang bisa dilakukan ialah pemberian insentif berupa pengurangan penghasilan kena pajak di atas 100 persen atau super deductible tax. Insentif ini diberikan bagi industri yang terlibat program pendidikan vokasi dan mengembangkan inovasi.
"Berikan insentif, biasanya yang diminta pengusaha itu keringanan pajak. Atau kalau bahan baku daripada 5 sektor industri ternyata harus impor maka bea masuknya harus ringan," tutupnya.