Manufaktur RI Bangkit, Bagaimana Penjualan dan Produksi Kendaraan Bermotor?

4 Desember 2020 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Industri manufaktur di Tanah Air menunjukkan geliat di tengah pandemi corona. Berdasarkan hasil survei IHS Markit, Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia naik hampir tiga poin menjadi 50,6 pada November 2020.
ADVERTISEMENT
Padahal pada bulan sebelumnya masih di level 47,8. Indeks di atas 50 menunjukkan industri yang berekspansi. Sebaliknya, indeks di bawah 50 menunjukkan kegiatan terkontraksi.
Namun, kondisi tersebut belum terlihat dari sektor industri kendaraan bermotor. Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie D Sugiarto, mengungkapkan sampai saat ini penjualan bermotor belum maksimal.
"Penjualan dan produksi masih belum normal, hanya 50 persen dibanding tahun 2019," kata Jongkie saat dihubungi, Jumat (4/12).
Gaikindo berharap kinerja di industri tersebut terus meningkat. Hal tersebut seiring dengan penanganan COVID-19 di Indonesia, khususnya saat adanya vaksin.
Namun, kondisi penyebaran virus corona di Indonesia saat ini masih belum bisa dibilang membaik, karena masyarakat yang terpapar juga masih banyak.
ADVERTISEMENT
"Kami berharap di bulan-bulan mendatang penjualan dan produksi dapat meningkat. Kita selalu optimis, tetapi realistis," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Elis Masitoh, menganggap industri terlihat sudah mulai membaik. Hal itu khususnya di tekstil dan produk tekstil yang mulai menggeliat.
Peningkatan tersebut didominasi demand di dalam negeri. Peningkatan produksi ditandai dengan peningkatan utilisasi yang semula di 30 persen menjadi 60 persen.
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
Bahkan, kata Elis, ada beberapa industri mencapai 90 persen terutama sektor knitting dan sebagian printing juga karpet.
Elis menjelaskan peningkatan tersebut juga ditandai dengan pembelian atau impor mesin baru baik rajut, printing, maupun untuk pembuatan karpet. Selain itu, dilonggarkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga berdampak positf.
ADVERTISEMENT
"Kemudian pemerintah juga konsen program terhadap substitusi impor 35 persen, penataan terhadap tata niaga impor untuk TPT, serta pengenaan proteksi seperti safeguard itu juga membantu peningkatan pasar dalam negeri," ujar Elis.
"Memang pada saat ini ketika sudah menuju new normal pasar dalam negeri kita harus dijaga dari barang impor sehingga pasar dalam negeri betul-betul dikuasai produk lokal," kata dia menambahkan.