Marak Transaksi Digital, Bagaimana Masa Depan Uang Logam dan Kertas?

8 Januari 2020 14:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi transaksi menggunakan uang digital. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi transaksi menggunakan uang digital. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi dari konvensional ke uang digital membuat perusahaan percetakan uang logam dan kertas harus melakukan inovasi untuk meraup banyak untung.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, apakah ke depan uang kertas masih terus dibutuhkan?
Direktur Pengembangan Usaha Perum Peruri Fajar Rizki menjelaskan, perilaku masyarakat menuju transaksi uang digital memang akan terus berkembang mengikuti zaman. Hanya saja hingga kini kebutuhan uang kartal di masyarakat masih banyak, khususnya di daerah-daerah.
Untuk itu, Fajar menuturkan, Indonesia sebagai negara kepulauan memang masih membutuhkan transaksi dengan uang kartal. Pasalnya, di wilayah yang jauh dari perkotaan, transaksi cashless masih belum mendominasi.
“Negara kita ini kan berkepulauan yang kebutuhan uang fisiknya masih tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Memang kalau di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, ini cashless-nya di kota-kota besar. Tapi di kota yang jauh dari perkotaan masih menggunakan uang secara fisik,” ujarnya usai ngobrol bersama media di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (8/1).
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
Hingga saat ini, Fajar mengatakan, pencetakan uang kartal domestik sendiri masih berkontribusi cukup besar terhadap pendapatan perseroan. Saat ini kontribusi percetakan uang rupiah terhadap pendapatan perusahaan masih menyentuh angka 60-70 persen. Adapun pendapatan perseroan selama 2019 mencapai Rp 3,9 triliun.
ADVERTISEMENT
Dia pun mengungkapkan berdasarkan riset Giesecke+Devrient (G+D) dan Smither Spira, pertumbuhan pencetakan uang dunia, baik uang kertas maupun uang logam masih tumbuh 2-3 Persen. Angka itu menggambarkan kebutuhan mencetak uang terus tumbuh meski saat ini gencar transaksi uang digital.
“Belum lama ini kita dapat share dari Ibu Dirut yang baru pulang dari Jerman, ia baru mengikuti seminar mata uang dunia. Hasil risetnya masih tumbuh 2-3 persen untuk pertumbuhan uang kertas maupun uang logam dunia,” katanya.
Pada tahun depan, Peruri menargetkan dapat meraup Rp 370 miliar dari bisnis digital yang tengah dikembangkan perusahaan.
Untuk mengembangkan bisnis digital, perseroan telah menanamkan modal Rp 200 miliar sejak 2017 hingga 2020. Ada 3 produk digital security yang telah disiapkan, antara lain Peruri Code, Peruri Sign dan Peruri Trust. Sebagai gambaran, produk digital Peruri ini seperti QR Qode untuk penjamin keaslian sebuah dokumen.
ADVERTISEMENT
"Untuk tahun ini kita akan tingkatkan jadi Rp 370 miliar dari bisnis digital. Kalau tahun sebelumnya Rp 10 miliar," pungkasnya.