Ma'ruf Amin: Kita Baru Jadi Pemberi Stempel Halal, Bukan Produsen

17 Desember 2019 14:21 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Ma'ruf. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Ma'ruf. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menghadiri peringatan Hari Ulang Tahun ke-31 Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Dalam sambutannya Ma'ruf menyoroti, Indonesia belum sanggup menjadi penghasil produk halal terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Indonesia, kata dia, selama ini hanya menjadi negara pemberi 'stempel' halal saja. Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
"Industri halal kita masih rendah, bahkan kita selama ini baru menjadi pembuat atau pemberi sertifikat, atau pemberi stempel kehalalan suatu produk. Bahkan (kita) menjadi konsumen terbesar di dunia tapi bukan menjadi produsen halal," kata Ma'ruf, Selasa (17/12).
Ma'ruf berharap Indonesia menjadi produsen produk halal terbesar di dunia. Untuk mewujudkan rencana tersebut, pemerintah berencana mengembangkan konsep ekonomi syariah.
"Pemerintah ingin mendorong agar konsep ekonomi syariah dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi dengan konsep ekonomi konvensional," kata Ma'ruf.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menurutnya, konsep ekonomi syariah punya banyak sisi positif, misalnya redistribusi pendapatan dan kekayaan dilakukan secara adil. Hal itu diharapkan berdampak pada penurunan kesenjangan serta menciptakan ekonomi dan kesejahteraan yang berkeadilan.
ADVERTISEMENT
"Konsep ekonomi syariah juga bisa menjawab kebutuhan masyarakat karena sistemnya akan menciptakan pembagian kesejahteraan secara lebih adil, dan pembagian risiko dan keuntungan yang lebih adil pula," kata Ma'ruf Amin.
Ma'ruf menyebut, berdasarkan data dari Islamic Finance Development Indicator (IFDI), tahun 2019 Indonesia berhasil naik ke peringkat ke-4 dari 131 negara, setelah pada tahun sebelumnya berada pada peringkat ke-10.
Sebagai catatan, IFDI ialah salah satu indikator Islamic Corporation for the Development of Private Sector (ICD) dari Islamic Development Bank (IDB).
Sementara itu, menurut Islamic Finance Country Index (IFCI), pada tahun 2019 Indonesia berhasil menduduki peringkat pertama, naik dari peringkat ke-6 pada tahun 2018.
Ma'ruf menyebut meski menunjukkan peningkatan, pengembangan ekonomi syariah di Indonesia harus masih terus dikembangkan.
ADVERTISEMENT
"Sampai Juni 2019, market share keuangan Syariah di Indonesia, termasuk perbankan dan asuransi, baru mencapai 8,6 persen. Sedangkan khusus untuk perbankan syariah bahkan baru mencapai 5,6 persen," kata Ma'ruf Amin.
"Untuk memperluas potensi ekonomi dan keuangan Syariah, AEI dapat berperan aktif memberikan fasilitasi dan edukasi kepada para pelaku pasar dan ahli Syariah terkait konsep pasar modal Syariah," jelas dia.