Medco Bereskan Akuisisi Perusahaan Migas Inggris Sebelum 20 Juni 2019

2 April 2019 15:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro di Energy Building, Jakarta, Selasa (2/4). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro di Energy Building, Jakarta, Selasa (2/4). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) bakal menyelesaikan proses pembelian Ophir Energy Plc. paling lambat pada 20 Juni 2019. Ophir merupakan perusahaan minyak dan gas dari Inggris yang produksinya mencapai 27 ribu BOEPD (barrel oil equivalent per day).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro mengatakan, sejauh ini 89 persen pemegang saham Ophir sudah setuju atas akuisisi ini. Adapun, nilai akuisisi yang ditawarkan Medco ke Ophir sebesar 390,6 juta pound atau sekitar Rp 7,2 triliun. Kata dia, untuk masalah harga sudah tidak ada negosiasi lagi sebab mayoritas pemegang saham setuju.
"Tapi kan di dalam proses take over itu ada proses resmi, proses legal yang harus diikuti namanya core section, itu belum terjadi. Mudah-mudahan, saya berharap long stop date-nya itu paling lama tanggal 20 Juni 2019, tapi bisa lebih cepat," kata dia saat ditemui di Energy Building, Jakarta, Selasa (2/4).
Hilmi masih belum mau membeberkan aksi perusahaan terhadap migas yang dimiliki Ophir. Yang pasti, kata dia, akuisisi ini membuat total produksi Medco Global bakal naik menjadi lebih dari 100 ribu BOEPD.
ADVERTISEMENT
Lapangan minyak Ophir yang bakal diakuisisi Medco berada di Thailand dan Vietnam. Hilmi menjelaskan, untuk produksi minyak di sana yang menjadi bagian Medco bisa dibawa ke mana saja, termasuk ke Indonesia untuk dijual ke PT Pertamina (Persero). Tapi, penjualan minyak Medco selama ini diserahkan ke trader, tergantung kesepakatan bisnis.
"Kita jual ke trader, trader ini lah yang menjual ke pembeli pakai kontrak jangka panjang. Setiap setahun sekali ada trader yang ambil dari kita. Untuk (kebijakan) Indonesia, kita hari ini kan harus kasih produksi kita ke Pertamina (kilang). Di Thailand dan Vietnam tergantung policy negara bersangkutan. Selama mereka memberikan kebebasan, kita bisa jual ke mana saja," ucapnya.