Melihat Kinerja Keuangan Emiten Properti di Masa Pandemi COVID-19

2 Maret 2021 12:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sinarmas Land tawarkan rumah bergaya Jepang di BSD City seharga Rp 4,8 miliar.  Foto: Dok. Sinarmas Land
zoom-in-whitePerbesar
Sinarmas Land tawarkan rumah bergaya Jepang di BSD City seharga Rp 4,8 miliar. Foto: Dok. Sinarmas Land
ADVERTISEMENT
Saham emiten properti tengah moncer beberapa hari belakangan imbas diskon pajak yang diberikan oleh pemerintah untuk sektor tersebut. Dua hari berturut-turut harga saham properti kompak mengalami kenaikan dan terus melaju di zona hijau.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana dengan kinerja keuangan emiten? Pandemi COVID-19 disebut-sebut sangat berdampak bagi sektor properti. Penjualan lesu akibat permintaan yang turun drastis. Bahkan harga properti juga dikabarkan turun. Hal ini pun berpengaruh pada penjualan dan laba bersih perseroan. Berikut kumparan merangkum kinerja keuangan beberapa emiten properti.

PT PP Properti (Persero) Tbk (PPRO)

Kinerja keuangan PPRO selama pandemi cukup tertekan dalam. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga kuartal III 2020, PPRO meraup laba bersih Rp 76,7 miliar. Angka ini anjlok 65 persen dari capaian pada periode yang sama tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp 216,4 miliar. Adapun sepanjang kuartal III 2020 PPRO mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp 1,27 triliun. Turun tipis dibanding periode yang sama di 2019 yang tercatat Rp 1,37 triliun.
ADVERTISEMENT

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

Sementara itu PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) juga mengalami penurunan kinerja. SMRA melaporkan pendapatan di kuartal III 2020 turun 26,05 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 4,41 triliun di kuartal III 2019 menjadi Rp 3,26 triliun di 2020. Laba bersih SMRA juga turun, dari laba bersih Rp 314,61 miliar menjadi rugi bersih Rp 12,25 miliar.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

BSDE meraup pendapatan sebesar Rp 4,28 triliun pada periode Januari-September 2020. Pendapatan BSDE di kuartal III 2020 ini turun 18,16 persen dari realisasi kuartal III 2019 yang tercatat Rp 5,23 triliun. Bahkan, laba bersih emiten properti Grup Sinarmas ini merosot 79,67 persen menjadi Rp 469,56 miliar. Padahal, periode Januari-September 2019 laba bersih masih mencapai Rp 2,31 triliun.
ADVERTISEMENT
Anjloknya laba bersih BSDE ini disebabkan adanya beban bunga diskonto penjualan sebesar Rp 360,62 miliar yang tahun lalu tidak ada. Beban bunga dan keuangan lain yang melonjak 26,29 persen menjadi Rp 972,56 miliar.
Pekerja beraktivitas di kawasan proyek pembangunan Apartemen Meikarta, di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Risky Andrianto

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

Kinerja keuangan ASRI juga menurun di masa pandemi. ASRI bahkan mencatat rugi bersih pada kuartal III 2020. Penurunan pendapatan menjadi penyebab kerugian perusahaan properti ini.
Pendapatan ASRI hingga kuartal III-2020 tercatat turun 43,88 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1,1 triliun dari yang sebelumnya Rp 1,96 triliun. Dengan beban pokok yang tercatat sebesar Rp 599,05 miliar, maka ASRI membukukan laba kotor Rp 503,58 miliar. Namun, karena besarnya beban umum dan administrasi yaitu Rp 245,37 miliar dan beban bunga sebesar Rp 528,56 miliar maka ASRI membukukan rugi bersih Rp 977,65 miliar. Padahal, pada kuartal III-2019 ASRI masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 213,59 miliar.
ADVERTISEMENT

PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)

Kondisi berbeda justru dialami perusahaan properti milik grup Lippo, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) yang mencatatkan laba bersih senilai Rp 612,42 miliar pada periode Januari-September 2020. Angka ini naik 76,80 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 346,39 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, kenaikan laba bersih yang tinggi ini utamanya karena adanya kenaikan nilai aset bersih investasi Dinfra (dana investasi infrastruktur) senilai Rp 448,65 miliar dan laba atas pelepasan entitas anak sebesar Rp 4,58 miliar.
Pendapatan perusahaan hingga akhir September lalu naik 50,13 persen yoy (year on year) menjadi sebesar Rp 1,59 triliun dari sebelumnya di akhir September 2019 yang sebesar Rp 1,06 triliun.
ADVERTISEMENT

PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

CTRA juga tercatat masih mampu meraup laba bersih meski turun dibandingkan tahun lalu. Sepanjang kuartal III 2020, Ciputra Development mengantongi pendapatan Rp 4,24 triliun atau turun 9,01 persen secara tahunan (yoy) dari perolehan di kuartal III 2019 yang tercatat sebesar Rp 4,66 triliun.
Sedangkan laba bersih tercatat turun 44,27 persen yoy dari Rp 416,64 miliar menjadi Rp 230,18 miliar. Penurunan laba terutama disebabkan oleh beban pokok penjualan dan beban langsung yang hanya turun 3,33 persen yoy dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2,32 triliun.