Melihat Mal Blok M yang Kini Sepi, Dulunya Primadona
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu penjual pakaian yang masih bertahan, Faris, mengatakan kondisi ini jauh sekali dengan kondisi pada tahun 90-an. Dirinya mengaku keluarganya sudah dari sejak tahun 90-an membuka kios di Mal Blok M dan kini dia teruskan, sehingga dia paham bagaimana perbandingan kondisinya saat ini.
“Orang-orang yang datang di tahun 90-an sampai tahun 2000-an ke sini pasti kaget, sudah beda jauh. Tahun 90-an sampai tahun 2014 masih jaya-jayanya. Tahun 2015 sampai sekarang banyak yang sudah keluar,” kata Faris saat berbincang dengan kumparan, Jumat (13/5).
Faris bercerita, hingga tahun 2000-an Blok M Mal menjadi tempat berkumpul kawula muda. Kondisi itu sangat jauh jika dibandingkan dengan situasi saat ini.
Sepi Karena Ditinggal Penjual
Saat ditanya penyebabnya, Faris menjelaskan sebenarnya jumlah pengunjung tidak berkurang. Hanya saja banyak kios yang sudah tutup. Dia mengaku hal itu karena mahalnya harga sewa, selain itu juga karena pengelolaan yang kurang baik dari pihak pengelola Mal.
ADVERTISEMENT
“Kalau puasa kemarin, kalau (penjual) toko ini full, ramainya sama kayak tahun 90-an. Ini enggak ramai yang buat ya (karena) sepi (penjual). Cuma kalau banyak yang buka, pasti balik lagi kayak tahun 90-an,” jelas dia.
Kendati saat ini harga sewa kios sudah dibanderol dengan harga miring, Faris mengaku hal itu tak banyak mengubah situasi, karena fasilitas yang buruk tak dapat perawatan. “AC sudah enggak guna, banyak yang bocor kalau hujan. Sudah enggak kerawat. Pegawai sudah banyak yang berkurang kan,” imbuh dia.
Terlebih, lanjut dia, ada kabar bahwa kontrak pengelola Mal Blok M akan habis pada bulan Oktober tahun ini. Sementara hingga saat ini belum ada kejelasan apakah akan diperpanjang atau tidak.
ADVERTISEMENT
Pedagang Kuliner Was-was
Belum adanya kepastian perpanjangan kontrak tersebut membuat pedagang kuliner was-was. Mereka khawatir sumber pencaharian mereka akan tersumbat karena kehilangan lapak untuk berdagang.
“Yang pasti tetap jualan. Sudah dari situ penghasilannya, dari mana lagi? Kalau ada proyek di mana lagi, ada mal di mana lagi pasti cari. Tapi kalau di sini sih masih abu-abu,” kata Asep, penjual Soto Jakarta di Food Court Blok M Mal saat dijumpai kumparan.
Asep mengaku mulai berjualan di sini sejak tahun 2018. Dia bercerita untuk pedagang kuliner, mulai sepi pembeli adalah ketika awal terjadi pandemi COVID-19.
Asep bercerita, kondisi saat ini jauh berbeda dengan ketika dia pertama kali berjualan. “Penjual berkurang banyak, di (lantai) sini hampir full kulineran semua. Setiap stand dulu dibatasi 2 meter karena tempatnya enggak cukup. Sekarang sudah luas soalnya sepi,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Dulu, kata dia, untuk lantai yang dia tempat saat ini penuh dengan kios-kios penjual pakaian dan aksesoris. Sementara untuk kuliner berada pada satu lantai di bawahnya.
“Kalau dulu di bawah tempat kulineran sering ada pertunjukan musik. Pengunjung masih ramai. Sekarang kulineran pindah ke sini, di bawah malah dipakai showroom mobil,” kata dia.
Kendati saat ini harga sewa stand kuliner sudah murah, Asep mengatakan akan sulit bisa pulih seperti dahulu. “2018 harga sewa Rp 6 sampai 7 juta per bulan, sekarang Rp 3,5 juta,” pungkasnya.