Melihat Penyelamatan Satwa Liar di Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, Babel

13 Oktober 2021 17:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Bangka. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Bangka. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana teduh dengan suara angin dari deretan pohon cemara menyelimuti Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Desa Riding Panjang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (12/10) sore.
ADVERTISEMENT
Menjelang senja, pengelola tempat ini, yaitu PT Timah Agro Manunggal (PT TAM), sibuk menyambut rombongan media dari Jakarta. kumparan salah satunya. Anak usaha PT Timah (Persero) Tbk (TINS) ini menyulap lahan dan lubang bekas tambang seluas 37 hektar menjadi taman wisata berkonsep agroeduwisata.
Berbeda dari taman wisata biasanya yang menyediakan berbagai tanaman dan pemandangan sejuk, di dalam Kampoeng Reklamasi Air Jangkang terdapat area khusus untuk menangani satwa-satwa yang cacat, terluka, ataupun korban wilayah konflik yang membutuhkan perawatan.
Area ini dikelola TAM bekerja sama dengan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Foundation Bangka Belitung. Serupa kebun binatang, terdapat beberapa blok yang diisi oleh beberapa burung berbagai jenis, satu beruang, rusa, ular, hingga kolam buaya.
Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Bangka. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Jadi di sini bukan penangkaran, tapi penyelamatan swasta bekerja sama dengan Alobi. Jadi kita rehabkan di sini satwanya, diperbaiki naluri alamiahnya. Nantinya kita kembalikan ke alam," kata Kepala Bidang Reklamasi dan Pascatambang PT Timah Tbk Christina Ida Romauli di lokasi.
ADVERTISEMENT
Di area ini, ada seekor beruang kecil yang dirawat usai diselamatkan dari kebakaran hutan. Ibu si beruang cilik meninggal. Kini, dia dirawat di kandang oleh ranger PPS Alobi hingga besar dan layak dilepas.
Hewan-hewan yang dirawat di sini tidak hanya endemik. Banyak juga yang berasal dari berbagai daerah. Jakarta salah satunya. Christina menyebut ada ribuan satwa yang sudah diselamatkan di sini.
Dia menjelaskan, di Indonesia ada empat PPS. Tapi tiga di antaranya dibiayai oleh NGO. Sedangkan PPS yang kerja sama dengan Alobi Foundation ini dibiayai Timah karena kepedulian perusahaan terhadap satwa yang terluka sekaligus inovasi wilayah pascatambang yang tidak hanya ditanami pohon akasia dan sengon.
Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Bangka. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Jadi ini kepedulian kita. Selama ini tahunya area bekas galian yang ditanami pohon itu-itu saja. Kita cari yang beda dengan merawat satwa-satwa ini," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Selain PPS, di kawasan ini juga ditanami berbagai buah-buahan seperti jambu air, durian, buah naga, jeruk hana, lengkeng, pandan wangi, hingga cempedak. Sementara di lubang bekas tambang, diisi oleh ikan nila yang airnya bukan dari tanah bor, melainkan dari void. Ada juga berbagai sayuran.
"Sayuran dan ikan yang ada di sini sudah masuk ke uji laboratorium dan layak konsumsi. Jadi tingkat Pb (logam beratnya) rendah, masih di bawah batas ambang. Untuk ikan kita besarkan di biofloc," terangnya.
Kampoeng Reklamasi Air Jangkang di Bangka. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Saat ini, Kampoeng Reklamasi Air Jangkang belum dibuka untuk publik. Rencana komersialisasi area ini dibatalkan karena ada pandemi COVID-19. Namun, warga sekitar boleh ke sini sambil olahraga atau bersepeda ria.
Selain di Air Jangkang, ada juga Kampoeng Reklamasi Selinsing yang berkonsep hampir sama. Letaknya di Desa Selinsing, Belitung Timur. Selain mereklamasi wilayah bekas tambang, PT Timah juga menyulap tempat wisata Bukit Pinteir di Kampung Dul, Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, PT Timah menargetkan reklamasi 432,8 ha lahan bekas tambang timah hingga akhir 2020. Rinciannya, 400 ha berada di darat dan 32,8 ha di laut. Dari target tersebut, lahan yang sudah berhasil reklamasi di darat mencapai 201 ha dan di laut 25 ha.