Menanti Data Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II, Minus Berapa Persen?

5 Agustus 2020 7:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertumbuhan Ekonomi Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pertumbuhan Ekonomi Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020. Sejumlah pihak pun, dari ekonom, pemerintah, dan bank sentral memproyeksi perekonomian akan mengalami kontraksi yang cukup dalam di periode April-Mei lalu.
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memproyeksi ekonomi domestik minus 4,72 persen secara tahunan (yoy). Angka ini menurun dibandingkan kuartal I yang sebesar 2,97 persen (yoy) maupun kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen (yoy).
Komponen utama pembentuk ekonomi yakni konsumsi rumah tangga diprediksi terkontraksi alias minus 4,79 persen (yoy), juga menurun dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,84 persen (yoy).
“Beberapa data yang mengindikasikan konsumsi rumah tangga menunjukkan penurunan yang signifikan sepanjang kuartal II 2020, di mana laju pertumbuhan penjualan ritel pada periode April-Juni 2020 tercatat terkontraksi -14,4 persen (yoy) dibandingkan laju penjualan ritel pada kuartal II 2019 yang tercatat -1,8 persen (yoy),” kata Josua kepada kumparan, Rabu (5/8).
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembentukan tetap modal bruto (PMTB) atau investasi diproyeksi Josua minus 5,34 persen (yoy), anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih tercatat tumbuh 4,55 persen (yoy).
Deretan gedung bertingkat di kawasan Petamburan, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
Konsumsi pemerintah juga diperkirakan turun atau minus 1,55 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama 2019 yang mencatatkan positif 8,2 persen (yoy).
“Hal tersebut seiring dengan realisasi laju pertumbuhan belanja kementerian dan lembaga yang tercatat melambat menjadi -2,9 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 4,9 persen (yoy),” jelasnya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, juga memproyeksi ekonomi Indonesia akan terkontraksi antara 4-7 persen (yoy) di kuartal II. Menurutnya, perekonomian hanya mampu didorong oleh konsumsi pemerintah, sementara konsumsi rumah tangga masih lemah.
ADVERTISEMENT
“Antara minus 4 persen sampai minus 7 persen, tengahnya ada di minus 5 persen (yoy),” kata David.
David pun berharap pemerintah bisa mempercepat belanjanya agar penyerapan semakin baik. Sehingga, ekonomi di kuartal III ini bisa kembali pulih dari kontraksi di kuartal II.
“Kondisi sekarang ini harusnya yang ada di depan adalah kebijakan fiskal. Kita harapkan peran pemerintah untuk mendorong ekonomi melalui stimulus-stimulus yang telah dikeluarkan. Realisasi belanja dipercepat,” tuturnya.
Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memproyeksi pertumbuhan ekonomi terkontraksi 4,7 persen (yoy) dan minus 3,6 persen secara kuartalan (qtq).
“Dengan mempertimbangkan memburuknya kondisi ekonomi global dan masih tertekannya konsumsi dan investasi domestik, kami memperkirakan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 3,6 persen (qtq) non-seasonally adjusted (belum mengeluarkan pengaruh faktor musiman) atau kontraksi sebesar 4,7 persen (yoy) di kuartal II 2020,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 mengalami kontraksi alias minus 4,3 persen secara tahunan (yoy). Proyeksi ini semakin menurun dibandingkan proyeksi pekan lalu yang sebesar minus 3,8 persen (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Humas Kemenkeu
Secara kisaran, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 akan tumbuh -3,5 persen hingga -5,1 persen.
"Titik poinnya kita ada di minus 4,3 persen, jadi lebih dalam dari yang kita sampaikan minus 3,8 persen," ujar Sri Mulyani usai rapat kerja dengan Banggar DPR RI, Rabu (15/7).
Bank Indonesia memperkirakan kuartal II 2020 ekonomi RI akan mengalami kontraksi atau minus antara 4 persen hingga 4,8 persen. Angka ini semakin menurun dibandingkan proyeksi bank sentral saat rapat dewan gubernur 16 Juli yang hanya sebesar minus 4 persen.
ADVERTISEMENT
Proyeksi ekonomi BI itu juga lebih dalam dibandingkan pemerintah yang minus 4,3 persen di periode April-Juni 2020.
“Kuartal II Kemenkeu sekitar 4 persen negatif. BI angka yang sama, antara 4 persen sampai 4,8 persen, itulah kira-kira range yang kita perkirakan di kuartal II ini,” kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, Senin (20/7).