Menanti Pengumuman BI, Suku Bunga Acuan Diperkirakan Tetap 3,5 Persen

18 Maret 2021 9:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI, Bp. Perry Warjiyo Foto: Dok. BI
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI, Bp. Perry Warjiyo Foto: Dok. BI
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur bulanan selama Maret 2021. Sejumlah ekonom kali ini kompak memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
ADVERTISEMENT
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan, BI perlu mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate di level 3,5 persen bulan ini. Menurutnya, berbagai risiko global masih menghantui perekonomian domestik.
“Meningkatnya ekspektasi inflasi di AS telah memicu arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun inflasi masih rendah, tren penurunan kasus harian COVID-19, peningkatan IKK, dan neraca perdagangan mengindikasikan awal pemulihan,” ujar Riefky kepada kumparan, Kamis (18/3).
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksi, BI akan mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen, setelah memangkas 25 basis poin (bps) pada bulan lalu. Sehingga secara kumulatif sejak 2020, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 bps.
ADVERTISEMENT
“Suku bunga acuan BI di level 3,5 persen saat ini diperkirakan masih konsisten untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” jelasnya.
Selain itu, level 3,5 persen juga telah mempertimbangkan volatilitas rupiah yang terindikasi dari rata-rata one month implied volatility, yang meningkat menjadi 8,1 persen sepanjang bulan Maret 2021 dari bulan sebelumnya 7,8 persen. Hal ini selanjutnya mendorong pelemahan rupiah sebesar 2,3 persen secara rata-rata pada bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya.
Pelemahan rupiah sendiri dipengaruhi oleh tren kenaikan imbal hasil obligasi AS atau US Treasury 10 tahun, yang saat ini berada di level 1,62 persen atau meningkat 22 bps dibandingkan akhir bulan lalu, atau meningkat 71 bps dibandingkan akhir tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Josua melanjutkan, keputusan RDG BI pada bulan ini akan sangat dipengaruhi oleh hasil keputusan Federal Reserve. Tadi malam, The Fed juga mempertahankan bunga acuan di level 0-0,25 persen.
“Oleh sebab itu, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya mengantisipasi arah suku bunga Fed, yang selanjutnya akan mendorong daya tarik aset keuangan rupiah sedemikian, sehingga akan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah,” kata dia.
Dengan upaya mendorong terciptanya stabilitas rupiah serta masih berlanjutnya transmisi kebijakan moneter dan makroprudensial BI yang direspons juga oleh tren penurunan suku bunga perbankan, diharapkan akan tetap mendukung pemulihan ekonomi domestik dalam jangka pendek ini.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, rupiah dalam dua minggu terakhir tertekan cukup dalam. Hal ini disebabkan oleh aliran modal yang terhenti, bahkan keluar akibat kenaikan yield US Treasury.
ADVERTISEMENT
“Kalau BI menurunkan suku bunga acuannya lagi, yield spread akan semakin kecil, modal asing semakin terpompa keluar dan rupiah bisa rontok. Saya yakin BI sangat memahami Itu,” kata Piter.
“Pilihannya justru apakah BI menahan suku bunga atau bahkan menaikkan suku bunga acuan. Saya perkirakan BI belum akan menaikkan suku bunga, masih akan menahan suku bunga,” lanjutnya.
Sebelumnya, Chief Economist Bank CIMB Niaga, Adrian Panggabean juga berharap bank sentral tak lagi menurunkan bunga acuan di tahun ini. Menurut dia, level 3,5 persen sudah sangat cukup untuk mendorong perekonomian.
"Saya harap BI7DRR ini 3,5 persen, dan sudah dilakukan di kemarin. Itu titik bawahnya," katanya.
Meskipun BI masih memiliki ruang untuk menurunkan kembali bunga acuan, namun menurut Adrian, penurunan tersebut akan memiliki dampak yang cukup komplikasi bagi perekonomian Indonesia. Apalagi, jika ke depan akan terjadi tapering off atau pengurangan pembelian obligasi oleh Federal Reserve.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat itu tidak perlu dilakukan lagi, walaupun ruangnya masih ada. Tapi efeknya komplikasi pada saat tapering," tambahnya.