Menanti Resep Baru Gubernur BI: Moneter dan Genjot Pertumbuhan Ekonomi

24 Mei 2018 7:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perry Warjiyo hari ini akan dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) di Mahkamah Agung. Di awal kepemimpinan, Perry akan menghadapi sejumlah tantangan moneter, utamanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini bergerak di level Rp 14.100-14.200.
ADVERTISEMENT
Dalam visi misinya, Perry menekankan akan membawa bank sentral yang tak hanya mendorong stabilitas, tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Artinya, Perry perlu memutar otak lebih keras untuk menjalankan pro pertumbuhan itu di tengah tren pengetatan moneter saat ini.
Kepala Riset Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan salah satu tantangan Gubernur BI saat ini memang menyeimbangkan kebijakan untuk menjaga stabilitas dan memulihkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan yang dilakukan Perry nantinya juga diharapkan dapat menstabilkan rupiah.
"Kita tunggu resepnya apa, harapannya nilai tukar stabil," ujar Lana kepada kumparan, Kamis (24/5).
Namun menurut dia, pro pertumbuhan yang menjadi tujuan Perry tersebut belum bisa dijalankan dalam jangka pendek ini. Apalagi suku bunga acuan BI masih perlu disesuaikan kembali agar tekanan terhadap nilai tukar rupiah lebih lambat.
ADVERTISEMENT
Pro-growth memang diinginkan oleh semua, tetapi jangka pendek harus pilih yang mana dulu. Untuk pro-growth perlu waktu lebih lama, tapi bukan berarti tidak perlu dijalankan,” kata dia.
Ekonom BCA David Sumual juga mengatakan bukan perkara mudah bagi bank sentral mengelola stabilitas sekaligus berupaya menggenjot perekonomian. Apalagi ke depan BI diminta untuk kembali menaikkan suku bunga acuan untuk menekan pelemahan rupiah.
"Kenaikan 25 bps saya pikir sudah tepat dan mungkin masih perlu dinaikkan lagi. Perlu komunikasi yang paling utama," kata David.
Rupiah melemah terhadap dolar. (Foto: Antara/Hafiz Mubarak)
zoom-in-whitePerbesar
Rupiah melemah terhadap dolar. (Foto: Antara/Hafiz Mubarak)
Sementara itu, Ekonom Maybank, Juniman, mengatakan bahwa pro stabilitas dan pro pertumbuhan masih bisa dijalankan bersama. Dengan catatan, Perry dapat menggunakan instrumen lainnya di luar suku bunga acuan untuk tetap menjaga ekonomi domestik, yakni melalui kebijakan makroprudensial.
ADVERTISEMENT
“Jadi memang tightening kebijakan moneter untuk jaga stabilitasnya, tapi makroprudensial bisa dilakukan relaksasi,” tambahnya.
Saat uji kelayakan dan kepatutan di DPR, Perry berjanji akan mendorong bank sentral untuk pro pertumbuhan, bukan hanya pro stabilitas seperti saat ini. Untuk mendukung hal tersebut, pihaknya akan mengajukan Revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Beberapa instrumen yang perlu ditambahkan adalah kebijakan makroprudensial dan tujuh kebijakan strategis lainnya yang dia paparkan saat fit and proper test di DPR.
Ketujuh kebijakan strategis tersebut yaitu pertama, efektivitas kebijakan moneter akan diperkuat untuk pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar. Kedua, relaksasi kebijakan makroprudensial untuk mendorong pembiayaan perbankan. Ketiga, pendalaman pasar keuangan serta pembiayaan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Keempat yaitu pengembangan sistem pembayaran untuk ekonomi digital. Kelima pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Keenam, penguatan koordinasi dengan pemerintah, OJK, dan DPR. Ketujuh, penguatan organisasi dan sumber daya manusia.