Mendagri Sebut Harga Beras di Singapura Murah karena Impor

4 Maret 2024 14:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendagri Tito Karnavian memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Kemendagri RI
zoom-in-whitePerbesar
Mendagri Tito Karnavian memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (11/9/2023). Foto: Kemendagri RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menjelaskan strategi pemerintah Indonesia dengan Singapura berbeda dalam menangani masalah beras. Beras di Singapura bisa lebih murah karena pemerintahnya tidak perlu memperhatikan lapisan masyarakat yang profesinya petani padi.
ADVERTISEMENT
"Karena negara kita adalah negara juga yang negara yang memproduksi. Beda mungkin, bandingkan Singapura. Singapura adalah negara bukan negara produsen tapi negara konsumsi, konsumen, dia enggak punya pangan, menghasilkan bahan apa pun semuanya impor," kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idul Fitri, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Senin (4/3).
"Jadi strateginya beda, kalau di Singapura gimana caranya harganya serendah mungkin, karena yang produsen bukan mereka, penduduknya kan konsumen," sambung Tito.
Sementara, lanjutnya, kalau harga beras Indonesia terlalu murah, pemerintah juga memperhatikan kesejahteraan petani, termasuk pengusaha yang memproduksi. Sebaliknya, kalau misalnya harganya tinggi sekali, masyarakat menjerit karena tidak terjangkau harganya.
"Ini harus kita pertahankan dan tadi disampaikan oleh Pak Arief Badan Pangan, kita harus mencari balance antara menyenangkan produsen dan juga menyenangkan konsumen," kata Tito.
ADVERTISEMENT
Lonjakan harga gabah dan beras ini menang membawa berkah bagi petani Indonesia, tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) per Februari 2024.
"NTP Februari 2024 tercatat sebesar 120,97, atau naik 2,28 persen dibanding Januari 2024," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah dalam konpers di kantornya, Jumat (1/3).
Kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 2,89 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani atau (Ib) yang mengalami kenaikan 0,59 persen.
"Empat komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It nasional adalah gabah, jagung, kelapa sawit, dan karet," kata dia.
BPS mencatat peningkatan NTP tertinggi pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 5,57 persen. Kenaikan itu terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 4,18 persen, lebih besar daripada kenaikan harga yang dibayarkan petani yang naik 0,59 persen.
ADVERTISEMENT
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It subsektor tanaman pangan adalah gabah, jagung, dan ketela pohon," pungkas dia.