Mengenal PMK yang Serang Ribuan Sapi di RI, Apa Dampaknya ke Manusia?

15 Mei 2022 13:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Sukoharjo menyemprotkan cairan disinfektan ke arah sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (14/5/2022). Foto: Mohammad Ayudha/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Sukoharjo menyemprotkan cairan disinfektan ke arah sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (14/5/2022). Foto: Mohammad Ayudha/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sapi semakin meluas penyebarannya di Indonesia. Mulanya, PMK ditemukan menginfeksi 1.247 ekor ternak sapi di Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Gresik, Lamongan, Mojokerto, dan Sidoarjo.
ADVERTISEMENT
Kasus pertama kali dilaporkan di Kabupaten Gresik pada tanggal 28 April 2022 sebanyak 402 ekor sapi terinfeksi PMK. Kasus kedua dilaporkan pada tanggal 1 Mei 2022 di Kabupaten Lamongan sebanyak 102 ekor sapi.
Selanjutnya di Kabupaten Sidoarjo sebanyak 595 ekor sapi, dan pada tanggal 3 Mei 2022 di Kabupaten Mojokerto sebanyak 148 ekor sapi dilaporkan terinfeksi PMK.
Kini, wabah PMK sudah menyebar ke wilayah lain seperti Kabupaten Malang yang ditemukan sudah menyerang 122 sapi. Bahkan, di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, sudah 44.495 populasi sapi terinfeksi PMK per Jumat (13/5).
Lantas, apa sebenarnya wabah PMK yang menyerang ribuan sapi tersebut?
PMK adalah penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90 sampai 100 persen dan dianggap bisa menimbulkan kerugian ekonomi sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Tanda klinis wabah tersebut adalah demam tinggi (39-410c), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
PMK disebabkan oleh Aphtovirus dan bersifat sangat menular pada ternak. Tak hanya ke sapi, umumnya PMI menyerang pada hewan berkuku belah lainnya seperti kerbau, kambing, domba, babi, dan sebagainya.
Mentan RI Syahrul Yasin Limpo menghadiri kegiatan pelayanan ternak terpadu pada Program Prioritas Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) di Desa Bontomanai, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Foto: Kementan RI
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, PMK adalah penyakit menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia. Penyakit ini sering terjadi pada negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak, termasuk Indonesia.
"PMK menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Bukan hanya mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak," terang Syahrul.
ADVERTISEMENT
Syahrul merasa yang perlu diwaspadai juga dari PMK adalah penyebarannya melalui udara. Sehingga antisipasi harus terus dilakukan agar wabah tersebut tidak semakin menyebar ke wilayah-wilayah lainnya.
"Yang paling berbahaya dari PMK ini kepada hewan yang ada karena penyebarannya melalui udara, airbone-nya cukup panjang karena kita harus bisa isolasi kurang lebih antara 3 kilo (meter) dari tempat suspect sampai 100 kilo (meter), kurang lebih seperti itu," ujar Syahrul.
Meski begitu, Syahrul meminta masyarakat tidak terlalu panik karena pemerintah sedang berupaya menanganinya. Apalagi, kata Syahrul, wabah PMK tidak menular ke manusia.
"PMK tidak perlu dibuat panik, karena bisa ditanggulangi," kata Syahrul.
Selain itu, daging sapi yang terinfeksi PMK juga masih bisa dikonsumsi. Artinya dampaknya ke manusia tidak terlalu besar khususnya dari sisi kesehatan. Namun perlu digarisbawahi, hanya bagian tertentu saja yang aman dikonsumsi manusia.
ADVERTISEMENT
"Daging yang terkena prosedur tertentu dengan pendekatan teknis ada penelitian dan lain-lain masih bisa dikonsumsi oleh manusia. Yang tidak boleh hanya pada tempat-tempat yang langsung terkena PMK, misalnya organ-organ kaki tentu saja harus diamputasi dulu," jelas dia.
Bagian yang tidak boleh selain kaki adalah jeroan, mulut, bibir hingga lidah. Kendati demikian, Syahrul menegaskan tidak ingin sapi terjangkit PMK tersebar dan dikonsumsi masyarakat.
"Oleh karena itu penjualan liar dan lain-lain khususnya di daerah suspect yang ada ini bisa kita hindari bersama," tutur Syahrul.