Mengulas Janji Jokowi soal Penguatan Rupiah

8 Januari 2019 19:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tahun Baru, Rupiah Punya Harapan Baru (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tahun Baru, Rupiah Punya Harapan Baru (Foto: Basith Subastian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Prediksi Presiden Jokowi terhadap rupiah terbukti. Pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin agresif di awal 2019, hingga menyetuh posisi tertingginya di Rp 13.990 pada Senin (7/1). Hari ini, rupiah sempat menguat, namun kembali menurun pada perdagangan sore hari.
ADVERTISEMENT
Jokowi pada 3 Desember 2018 memprediksi dolar AS akan terus melemah terhadap rupiah. Pada saat itu, nilai tukar rupiah menguat dan ditutup pada posisi Rp 14.240. Penguatan rupiah terjadi karena membaiknya fundamental perekonomian Indonesia, yakni inflasi yang terjaga di 3,2 persen dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sebesar 5,17 persen. Sementara itu, penguatan rupiah pada awal 2019 didorong oleh kebijakan intervensi Bank Indonesia (BI) dan juga sentimen dari bank sentral AS, The Fed.
Ekonom senior yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan penguatan nilai tukar rupiah saat ini tak terlepas dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang memastikan The Fed akan lebih bersabar dalam menaikkan suku bunganya. Artinya, faktor eksternal lebih dominan dalam menggerakkan rupiah.
ADVERTISEMENT
"Pidato Jerome Powell (Gubernur the Fed) yang menyatakan bahwa The Fed akan bersabar dalam menaikkan bunga telah membawa dampak pada penguatan nilai tukar banyak negara termasuk rupiah," kata Chatib kepada kumparan.
Tahun Baru, Rupiah Punya Harapan Baru (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tahun Baru, Rupiah Punya Harapan Baru (Foto: Basith Subastian/kumparan)