news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menjajal Taksi Online dan Offline di China, Murah Mana?

30 Maret 2018 13:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Taksi Konvensional dan Online saat parkir. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Taksi Konvensional dan Online saat parkir. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Layanan taksi online atau taksi berbasis aplikasi berkembang pesawat di China, meskipun fasilitas transportasi publik seperti bus kota dan subway telah dibangun dengan sangat baik. Warga lokal dan asing di China memiliki berbagai pilihan moda transportasi untuk berpergian di dalam kota.
ADVERTISEMENT
Di China, taksi online dikuasai oleh Didi Chuxing (Didi Taxi), karena perusahaan lokal ini telah mengakuisisi operasional Uber China sejak tahun 2016. Pada penghujung 2017, China Daily seperti dikutip kumparan (kumparan.com) mencatat adanya 450 juta pengguna dan 21 juta pengemudi yang terdaftar di Didi Taxi. Meski taksi daring ini sangat mudah ditemui di penjuru China, keberadaan taksi konvensional (offline) juga tetap eksis.
Penasaran dengan tarif dan layanan taksi online dan konvensional, kumparan mencoba memakai jasa kedua moda tersebut.
Taksi konvensional di Xiamen. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Taksi konvensional di Xiamen. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Ditemani Li, pelajar lokal di Xiamen University, kumparan memesan layanan Didi Taxi dari Siming Campus, Xiamen University (tepatnya di Yanwu Road) menuju Zhongshan Road Pedestrian Street, Distrik Siming di Kota Xiamen, Provinsi Fujian, China.
ADVERTISEMENT
Dari layar smartphone, Li menyebut taksi akan tiba dalam waktu 5 menit dan pengemudi meminta kami menunggu di seberang kampus. Sesuai prediksi, Didi Taxi berwarna putih tiba dan kami pun masuk ke dalam kendaraan. Selama perjalanan, sang pengemudi mengaku bekerja paruh waktu sebagai driver taksi online. Kami juga bertanya tentang ada atau tidaknya konflik antara pengemudi taksi berbasis aplikasi dan konvensional.
“Tidak pernah ada bentrokan dengan taksi konvensional,” ujar Hong, sang pengemudi Didi Taxi, kepada kontributor kumparan di China Feby Dwi Sutianto, Jumat (30/3).
Lanjut Hong, pemerintah juga tak mengatur batasan tarif untuk taksi online.
Armada taksi online, Didi Taxi. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Armada taksi online, Didi Taxi. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
“Pemerintah hanya mengecek soal service dan kondisi kendaraan,” tambahnya.
Tak terasa, kita telah menempuh 20 menit perjalanan dan akhirnya tiba di lokasi tujuan, Zhongshan Road. Di layar ponsel, tagihan penggunaan layanan taksi online sebesar RMB 10,48 (RMB 1 = Rp 2.000).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kumparan dan Li memutuskan untuk menyusuri area pejalan kaki di Zhongshan Road. Di sini, kami berdiskusi tentang perbedaan layanan antara taksi konvensional dan online, serta menelaah pengakuan sang pengemudi. Li kepada kumparan mengaku lebih tertarik memakai taksi online karena pertimbangan kepastian tarif, waktu tunggu kendaraan, dan layanan. Untuk memastikan pengakuan Li dan sang pengemudi taksi online, kami memutuskan menggunakan jasa taksi umum untuk kembali ke Siming Campus dari area Zhongshan Road.
Menunggu di tepi jalan, kami beberapa kali melambaikan tangan kepada taksi konvensional yang melintas. Taksi tak berhenti karena mobil telah terisi penumpang dan bila berhenti, kami harus berebut dengan beberapa calon penumpang lainnya. Alhasil, kami menunggu hampir 20 menit dan taksi tak kunjung didapat. Akhirnya, kami memutuskan berpindah lokasi yang lebih dekat dengan area hotel di sekitar Zhongshan Road, karena berharap bisa lebih cepat mendapat taksi konvensional. Di sini, kami tetap harus menunggu sekitar 10menit hingga akhirnya memperoleh taksi.
Taksi konvensional di Xiamen. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Taksi konvensional di Xiamen. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Di dalam kendaraan sedan, sang pengemudi bertanya tujuan kami. Selama perjalanan balik ke Siming Campus, Li bertanya perihal tarif hingga potensi bentrokan dengan pengemudi taksi online.
ADVERTISEMENT
“Tak pernah ada bentrokan (dengan pengemudi taksi online). Kalau di Xiamen, kita dapat subsidi tarif dari pemerintah lokal. Kita juga enggak merasa tersaingi (keberadaan taksi online),” ungkap pengemudi taksi konvensional ini.
Sesampainya di depan area kampus, tagihan taksi sebesar RMB 11. Saya membayar menggunakan layanan nontunai besutan WeChat yang ada di dalam ponsel. Sebagai informasi, taksi konvensional di China tetap bisa melayani pembayaran secara cash maupun non-cash.
Setelah kami review, perbedaaan tarif antara taksi online dan offline tidak signifikan. Namun, taksi online bisa disebut memiliki keunggulan layanan seperti keramahan dan kebersihan kendaraan daripada taksi konvensional. Apalagi, aplikasi taksi online memiliki menu penilaian layanan pasca penggunaan. Pengguna Didi Taxi (layanan taksi online) juga memperoleh kepastian waktu tunggu kedatangan kendaraan dan jalur yang dituju.
ADVERTISEMENT