Menperin Pede Jaga PMI Manufaktur di Atas Level 51 hingga Akhir 2022

1 November 2022 14:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam The 28th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Ministerial Meeting di Phuket, Thailand, Sabtu (17/9/2022). Foto: Dok. Kemenperin
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam The 28th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Ministerial Meeting di Phuket, Thailand, Sabtu (17/9/2022). Foto: Dok. Kemenperin
ADVERTISEMENT
Menperin Agus Gumiwang optimistis PMI manufaktur bisa tetap dipertahankan di atas level 51 hingga akhir tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat sektor manufaktur Indonesia turun usai mengalami penguatan selama 14 bulan berturut-turut. Purchasing Managers‘ Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 51,8 pada Oktober 2022, turun bila dibandingkan dengan September 2022 di level 53,7.
"Alhamdulilah walaupun ada penurunan, tapi dalam 14 bulan berturut-turut kita masih ekspansif. Terakhir hari ini kita dapat laporan 51,8 dan kita masih jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata PMI yang ada di negara ASEAN," ujar Agus Gumiwang di Kementerian Perindustrian, Selasa (1/11).
Ia berharap PMI Manufaktur Indonesia akan tetap berada di atas level 50. Agus juga mendorong PMI Manufaktur dapat terus tumbuh di atas level 51 sampai dengan akhir 2022.
"Kita berharap akan tetap sehat any point di atas 50 dan 51. Di atas 50 masih ekspansif, tapi kita mendorong di atas 51," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Menurut Agus, PMI Manufaktur Indonesia masih menunjukkan penguatan di tengah menurunnya indeks tersebut di negara-negara Asia lainnya. Ia menyebutkan bahwa negara-negara besar, seperti China, Eropa, Korea Selatan dan Taiwan memiliki indeks PMI Manufaktur di bawah level 50.
"PMI di seluruh negara turun bahkan di negara besar, negara industri. Kita lihat PMI-nya di bawah 50, mereka sedang tertekan, tidak ekspansif," pungkasnya.

Anjlok Manufaktur Taiwan hingga Jepang

Mengutip dari Bloomberg, Selasa (1/11), aktivitas manufaktur Taiwan mencatat penurunan paling tajam. PMI Manufaktur S&P Global Taiwan turun menjadi 41,5 dari 42,2 pada September 2022.
Angka tersebut merupakan level terlemah sejak Januari 2009. Hal ini disebabkan oleh penurunan pesanan dan permintaan yang mempercepat kontraksi aktivitas manufaktur Taiwan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, penurunan permintaan ini juga imbas melonjaknya inflasi dan suku bunga yang menekan pengeluaran konsumen di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
“Kondisi permintaan domestik dan internasional yang lemah menjadi hambatan utama terhadap aktivitas manufaktur pesanan baru turun paling tajam sejak fase awal pandemi Covid-19 pada Mei 2020,” kata Ekonom S&P Global Market Intelligence, Shreeya Patel.
Sementara itu, PMI manufaktur Jepang merosot ke 50,7 dari 50,8. PMI Korea Selatan naik meskipun masih di level kontraksi 48,2 dari 47,3 bulan lalu. Korea Selatan juga melaporkan penurunan ekspor pertamanya dalam dua tahun.
Thailand mencatat penurunan paling tajam bahkan ketika aktivitas manufaktur masih berada di wilayah ekspansi. PMI Manufaktur Thailand turun menjadi 51,6 dari 55,7 karena harga jual naik dan turunnya permintaan global.
ADVERTISEMENT