Menteri Edhy Janji Cari Jalan Tengah Soal Ekspor Benih Lobster

26 Desember 2019 17:33 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nelayan menunjukkan lobster di Teluk Jukung, Desa Telong Elong, Kecamatan Teluk Jukung. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nelayan menunjukkan lobster di Teluk Jukung, Desa Telong Elong, Kecamatan Teluk Jukung. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melakukan kunjungan ke Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (26/12). Edhy berdialog dengan petani pembudidaya lobster di Teluk Jukung dan nelayan benih lobster di Pelabuhan Awang.
ADVERTISEMENT
Edhy menerima protes keras dari kedua belah pihak. Di Pelabuhan Awang, para nelayan meminta agar aturan yang melarang ekspor benih lobster dilonggarkan. Beleid yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan dan atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Indonesia.
Salah satu nelayan benih lobster di Pelabuhan Awang, Daeng Tohir, mengatakan bahwa ekspor benih lobster adalah harapan mereka untuk menghidupi keluarga dan juga membangun usaha budidaya lobster yang membutuhkan biaya besar.
Menurutnya benih lobster yang ia tangkap tidak terserap seluruhnya oleh pembudidaya lobster. Daeng Tohir yang juga seorang pembudidaya menjelaskan, membudidayakan lobster butuh dana untuk alat dan pakan.
"Permintaan saya supaya dibebaskan ekspor, kalau bisa ekspor kami jadi leluasa untuk membudidaya, juga sekaligus menyekolahkan anak,"kata Daeng.
Nelayan lobster di Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
Menurut dia, sebaiknya benih lobster yang tidak terserap oleh pembudidaya diekspor saja. "Kami janji, kebutuhan benih untuk teman-teman pembudidaya akan kami cukupkan semua. Dan sisa kuotanya izinkan untuk kami kirim," kata Daeng Tohir.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, petani pembudidaya lobster di Teluk Jukung yang meminta Menteri Edhy untuk membatalkan rencana ekspor benih lobster. Menurut para pembudidaya, mereka akan sangat dirugikan jika keran ekspor dibuka.
"Kami sangat-sangat tidak setuju ada ekspor, walaupun hanya satu persen saja, karena kalau ada celah sedikit saja budidaya lobster pasti akan mati," kecam Abdullah kepada Edhy, ya diikuti sorakan oleh puluhan rekannya.
Abdullah dengan nada tinggi mengatakan kepada Edhy, jika ekspor dilakukan maka pembudidaya akan gulung tikar. Yang Abdullah dan para pembudidaya lobster tekankan bukan hanya mereka tidak bisa mendapatkan pasokan benih, tapi persaingan di pasar.
"Sekarang saja (sebelum keran ekspor dibuka) sudah terasa, saat Vietnam panen kita tidak bisa keluar. Kita sangat-sangat tidak setuju ada ekspor," kata Abdullah.
Nelayan lobster di Kabupaten Lobok, Nusa Tenggara Barat. Foto: Ulfa Rahayu/kumparan
Terkait aspirasi dari kedua pihak yang bertentangan itu, Edhy mengaku akan mencari jalan tengah. Pada para petani pembudidaya lobster di Teluk Jukung, ia berujar akan menutup keran ekspor jika memang pembudidaya sudah mampu menyerap semua benih lobster di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Jadi kenapa saya ke sini, karena katanya tidak ada yang berbudidaya lobster, katanya tidak ada yang bisa membesarkan lobster. Ternyata saya lihat dengan mata kepala saya, di sini ada dan banyak," kata Edhy.
"Jadi ekspor itu cuma cerita, hanya salah satu solusi. Kalau ini semua ada dan bisa menyerap semua benih, jadi ekspor (benih) tinggal cerita saja. Kita akan ekspor yang sudah jadi hasilnya," ujar Edhy.
Edhy mengatakan, nantinya para pembudidaya akan diwajibkan mengembalikan 2 persen lobster yang sudah seukuran jari ke laut.
"Nanti setelah yang seukuran jari mau dikembalikan ke alam lagi. Karena hidup di alam hanya 1 persen yang bertahan sampai besar. Nanti setiap yang dibesarkan lebih dari 3 bulan, 2 persen sampai 5 persennya dikembalikan ke alam," tegas Edhy.
Menteri KKP Edhy Prabowo. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sedangkan kepada para nelayan benih lobster di Pelabuhan Awang, Edhy berkata akan memberi kesempatan bagi yang mengharapkan dibukanya ekspor.
ADVERTISEMENT
"Saya datang untuk selesaikan masalah ini. Keluhan Bapak Ibu sekalian saya dengarkan. Beri saya waktu, saya janji masalah ini saya selesaikan, tidak usah lama-lama," kata Edhy.
"Yang jelas saya dengar semua pihak, yang ingin dibudidayakan ada, nanti diajari. Yang mau ekspor nanti dikasih kesempatan. Harap jangan ada emosi," tutupnya.