Menteri ESDM Tegaskan Harga BBM Tak Naik Meski Ada Konflik Iran-Israel

16 April 2024 13:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif melantik Wakil Kepala SKK Migas Shinta Damayanti di Kantor Kementerian ESDM di Jakarta pada Jumat (5/4/2024). Foto: Dok. YouTube Kementerian ESDM
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif melantik Wakil Kepala SKK Migas Shinta Damayanti di Kantor Kementerian ESDM di Jakarta pada Jumat (5/4/2024). Foto: Dok. YouTube Kementerian ESDM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menegaskan harga BBM subsidi dan nonsubsidi PT Pertamina (Persero) tidak akan naik hingga Juni 2024 meski ada eskalasi konflik Iran dan Israel.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan usai menghadiri rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Jokowi dan menteri-menteri ekonomi lainnya, membahas mitigasi dampak konflik Iran dan Israel.
Arifin mengatakan, setiap kenaikan USD 1 harga minyak mentah dunia, akan tercipta keseimbangan antara penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pengeluaran negara melalui subsidi dan kompensasi energi.
Meski demikian, dia memastikan pemerintah masih konsisten meminta Pertamina menahan kenaikan harga BBM hingga Juni 2024. Arahan ini sudah berlaku sejak Februari 2024 untuk meredam gejolak inflasi.
Sisa-sisa pendorong roket setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, dekat Arad, Israel, Minggu (14/4/2024) Foto: CHRISTOPHE VAN DER PERRE/REUTERS
"Sekarang kita tahan, sementara stok aman. Tapi kita lihat perkembangannya ke depan, ya mudah-mudahan enggak ada eskalasi konflik Iran-Israel," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4).
Arifin masih memantau perkembangan pasokan minyak mentah Indonesia yang masih bergantung pada impor dari Timur Tengah. Dia menyebut, pasokan bisa terganggu jika logistik terhambat di Terusan Suez dan Selat Hormuz.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, impor minyak mentah Indonesia mayoritas dari Arab Saudi, LPG berasal dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS), sementara BBM diimpor dari Singapura, Malaysia, dan India.
"Kalau itu terganggu pasti suplai terganggu, ini yang bisa menyebabkan kekurangan produksi, Biaya logistik naik, minyak dinaikin logistik naik," jelasnya.
Kilang Pertamina. Foto: Pertamina
Arifin pun berharap konflik ini tidak menyebabkan kenaikan harga minyak mentah dunia di atas USD 100 per barel, seperti masa pandemi COVID-19 yang lalu.
Adapun harga minyak mentah dunia menguat pasca serangan Israel ke Iran dan serangan balik Iran ke Israel. Pada perdagangan Senin (15/4), harga minyak mentah Brent berjangka ditutup USD 90,10 per barel, sementara harga West Texas Intermediate (WTI) yakni USD 85,41 per barel.
ADVERTISEMENT
"Kita berharap jangan sampai seperti kayak COVID-19 dulu itu di atas 100 dolar. Jangan sampai eskalasi berkelanjutan makanya semua negara-negara berupaya supaya jangan terjadi eskalasi berkelanjutan," pungkas Arifin.