Mereka yang Keberatan soal Larangan Penggunaan Kantong Plastik

26 Desember 2018 10:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal menerapkan larangan penggunaan kantong plastik pada Januari 2019. Tak hanya pada pengusaha ritel atau mal-mal besar, namun juga ke toko kelontong hingga pedagang pasar.
ADVERTISEMENT
Tak kurang dari 153 pasar tradisional Jakarta di bawah naungan PD Pasar Jaya nantinya akan diberlakukan larangan ini. Tak tanggung-tanggung, denda pelanggaran bisa dikenakan Rp 5 juta sampai Rp 25 juta.
Sebagai gantinya, para pedagang pasar dan konsumen nantinya mesti memakai tas belanja ramah lingkungan atau tote bag. Di sisi lain, Pemprov DKI akan terlebih dahulu melakukan sosialisasi dalam kurun waktu 6 bulan yaitu Januari-Juni 2019.
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
kumparan mencoba melihat kondisi pedagang pasar di kawasan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur terkait penggunaan kantong plastik dan pendapat mereka terkait larangan itu.
Menyusuri kawasan Pasar Induk Kramat Jati, sejauh mata memandang, tampak pemandangan para pedagang sayur-mayur. Ada yang diangkut menggunakan mobil dengan bak terbuka dengan sayuran diwadahi karung goni hingga plastik kiloan. Sementara lainnya, dijajakan secara ecer yang dibungkus dengan kantong-kantong plastik atau kresek dengan berbagai ukuran.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pedagang eceran, Kustinah (72) mengatakan, belum mengetahui adanya aturan pelarangan kantong plastik yang bakal diberlakukan Pemprov DKI Jakarta. Ia pun sehari-hari mengaku, menggantungkan penggunaan kantong plastik untuk membungkus barang dagangannya.
"Ini sekitar 20-an bungkus kentang pakai kantong kresek," kata dia kepada kumparan.
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Perempuan paruh baya dari Semarang itu mengatakan, dia telah berdagang di kawasan itu selama lebih dari 45 tahun. "Ya, pakai kresek ini bungkusnya," imbuhnya.
Dia mengaku bingung jika nantinya ternyata kantong plastik dilarang pemerintah. Pasalnya, kantong plastik lebih efisien untuk membungkus sesuai dengan besaran harga yang ditawarkan kepada konsumen.
"Kalau diplastikin gini kan bisa diatur ini yang sekilo, ini yang dua kilo, gitu," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Senada, pedagang eceran lainnya, Tini (45) juga mengatakan, belum menerima sosialisasi apapun terkait pelarangan kantong plastik.
Ia pun tampak kaget dengan besaran denda yang bakal diberikan. "Ya buat makan aja rekoso (susah), ngikut aja apa maunya pemerintah daripada didenda. Tapi ya ini mau diganti apa kalau enggak kantong plastik, harus jelas," ucapnya.
Pedagang grosir plastik di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang grosir plastik di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Tak hanya Kustinah dan Rini, beberapa pedagang eceran lain pun seragam pendapat dan jawabannya yaitu belum mengetahui pelarangan dan berharap pemerintah memberikan solusi yang konkret jika memang akan diberlakukan.
Salah seorang pembeli di pasar, Ria (35) mengatakan, telah mengetahui kabar dilarangnya kantong plastik lewat sosial media. "Saya sih setuju aja misalnya dilarang, tapi harus ada solusinya. Jangan main dilarang tapi solusinya belum ada, di sini pemahaman masyarakat yang masih rendah juga perlu dilihat," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Memasuki kawasan dalam pasar Kramat Jati, kumparan melihat pedagang sayur-mayur di skala yang lebih besar. Hal itu bisa dilihat dari jumlah dagangan dan pengemasannya yang menggunakan plastik kiloan.
Seorang pedagang, Adi (31) mengatakan, belum mengetahui adanya pelarangan kantong plastik itu. Namun, Ia setuju saja. "Karena kita kan enggak pakai kantong kresek ya, ini bungkusnya pakai plastik kiloan yang gede, jadi ya kayaknya enggak akan terlalu berpengaruh," kata dia.
Pedagang grosir plastik di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang grosir plastik di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Sementara, pedagang grosir plastik di kawasan Kramat Jati, Ahoy (32) mengatakan, telah mengetahui kabar larangan kantong plastik dari sosial media. "Ada kabar dari orang-orang di sosmed katanya kresek enggak boleh, tapi belum tahu kapannya," katanya.
Ahoy mengaku, penjualan kresek cukup mempunyai porsi besar di tokonya. "Sehari kejual 5 bal kresek berbagai ukuran ya. Satu balnya itu 70 pack, yang isinya masing-masing pack sekitar 100 lembar itu, harganya Rp 8.000-Rp 14.000 per pack," terang dia.
ADVERTISEMENT
Artinya, penjualan Ahoy dalam sehari untuk kresek saja sebesar Rp 2,8 juta hingga Rp 4,9 juta. Sementara, untuk seluruh jenis plastik dalam sepekan menurutnya bisa laku terjual hingga 30 bal.
Dirinya menambahkan, plastik yang Ia beli berasal dari kawasan Tangerang dan Bandung. Lebih lanjut, ia merasa cukup keberatan dengan larangan pemerintah itu.
"Kalau mau dibasmi (dilarang) sekalian aja sama pabrik-pabriknya. Mendingan dikasih pajak aja saya, daripada dilarang dan didenda gini, ujung-ujungnya nanti juga duit," ucapnya.
Salah satu yang juga menjadi kekhawatiran bagi Ahoy yaitu pesan pemerintah yang belum sampai ke masyarakat. "Ya mungkin niatnya baik untuk lingkungan, tapi kami di pasar gini mana tahu soal itu ya, pedulinya yang penting nyari duit," imbuhnya.
Asosiasi Pedagang pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Asosiasi Pedagang pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pandangan serupa dibenarkan oleh salah seorang anggota Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Pasar Induk Kramat Jati (APPSI-PIKJ) Fernando yang mengaku keberatan dengan pelarangan penggunaan kresek di pasar jika memang belum ada solusi yang konkret sebagai penggantinya.
"Solusinya jalan keluarnya apa? Apakah akan kembali menggunakan daun pisang? Peraturan pemerintah gampang, tapi pelaksanaannya tidak mudah. Hentikan pabriknya, buat apa masyarakat (pasar) dicegah, sulit dicegah," katanya saat ditemui kumparan di kantor APPSI-PIKJ Jakarta Timur.
Tanpa sosialisasi yang matang, Fernando khawatir pelarangan itu justru menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat pasar yang ia katakan masih terkendala dengan pengetahuan dan SDM yang minim.
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melihat penggunaan kantong plastik pada pedagang di pasar induk Kramat Jati Jakarta Timur pada Jumat (21/12). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
"Orang (pasar) enggak ngerti apa lingkungan, di pasar yang penting orang bisa makan. Yang perlu diperhatikan itu kesadaran dan pengertian ke masyarakat dulu supaya pemerintah dengan masyarakat itu saling menunjang, bukan saling silang," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, pihaknya mengaku belum mendapatkan instruksi atau sosialisasi terkait pelarangan kresek itu di kawasan pasar Kramat Jati.
Staf Usaha dan Pengembangan Perizinan Pasar Induk Kramat Jati Jaktim Kardi juga menyatakan belum menerima surat apapun dari Pemprov DKI Jakarta.
"Belum ada surat masuk, biasanya ke sini kayak pas kantong plastik berbayar waktu itu," kata dia.