Meski TV Analog Disuntik Mati, Bisnisnya Masih Moncer dari Iklan

27 Mei 2023 20:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Siaran televisi digital saat penghentian siaran televisi analog di Kompleks Kementerian Kominfo di Jakarta, Kamis (3/11/2022) dini hari. Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kebijakan suntik mati tv analog atau analog switch off (ASO) di Indonesia sudah berlangsung kurang lebih 7 bulan, sejak mulai dijalankan dari Jabodetabek per 2 November 2022.
ADVERTISEMENT
Managing Director PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK), Sutanto Hartono, mengungkapkan pelaku industri televisi sempat khawatir pada masa awal transisi analog menjadi digital, masyarakat yang siap hanya 35 persen.
"Ternyata dalam waktu 4 bulan, penetrasinya naik sampai 92 persen. Itu menunjukan TV masih ditonton orang dan orang willing to spend money untuk beli TV (digital)," ujarnya saat ditemui di Menara BNI Pejompongan, Sabtu (27/5).
Sutanto menuturkan, meskipun selama masa transisi porsi kue iklan yang dinikmati industri televisi sempat menurun, namun ternyata masih mendominasi dari media lain, bahkan melampaui internet.
"Seluruh TV free to air itu menguasai 51 persen dari kue iklan, jadi artinya TV itu untuk periklanan itu masih yang dianggap paling besar," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, penurunan porsi iklan di televisi tidak hanya imbas kebijakan ASO yang membuat para pengiklan memutuskan wait and see selama masa transisi di mana penonton dipastikan anjlok.
Seorang petugas keamanan menonton siaran TV analog di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/2/2022). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
"Jangan lupa ada juga masalah krisis ekonomi, contoh perusahaan teknologi dulu banyak sekali mereka spending, sekarang hilang begitu saja, bukan karena ASO tapi karena timing," pungkas Sutanto.
Sebelumnya, Pakar Ilmu Komunikasi dari Universitas Mercu Buana Afgiansyah menilai ada potensi penurunan kepemirsaan televisi yang ujungnya menggerus iklan setelah kebijakan ASO dilakukan.
"Bisa jadi ada kekhawatiran belanja iklan yang semula didominasi perusahaan nasional, semakin tergerus ke kantong perusahaan multinasional," tuturnya kepada kumparan.
Afgiansyah menyebutkan, berdasarkan data Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) pada September 2022 atau sebelum siaran analog dimatikan, masyarakat Indonesia mengkonsumsi iklan paling banyak dari siaran TV hingga 85 persen.
ADVERTISEMENT