Mimpi PTPN III Kalahkan Sime Darby, Perusahaan Sawit Dunia dari Malaysia

25 Mei 2022 11:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara, Mohammad Abdul Ghani. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara, Mohammad Abdul Ghani. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Holding BUMN PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dipimpin PTPN III memiliki mimpi bisa mengalahkan Sime Darby, perusahaan sawit terbesar di dunia asal Malaysia. Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani menyebut target yang ingin dimenangkan adalah dari sisi luas lahan.
ADVERTISEMENT
Sime Darby merupakan perusahaan hasil penggabungan tiga BUMN perkebunan kelapa sawit asal Malaysia yang bernama Synergy Drive Sdn Bhd, terdiri dari Golden Hope Plantation Bhd, Sime Darby Bhd, dan Guthrie Bhd.
Perusahaan ini memiliki nilai merger yang setara Rp 78,8 triliun, hal ini menjadikan mereka sebagai perusahaan kelapa sawit yang disegani di dunia. Saat ini Synergy memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 647.373 hektar yang tersebar di Malaysia dan Indonesia. Jika ditotalkan luas lahan yang ditanam pada kedua negara dapat mencapai 523.310 hektar dengan produksi CPO sebesar 2,1 juta ton per tahun atau 13 persen produksi CPO Malaysia.
Sementara lahan kelapa sawit milik holding PTPN, kata Ghani, saat seluas 565 ribu hektar. Masih kalah 50 ribu hektar untuk bisa mengalahkan Sime Darby.
ADVERTISEMENT
"Tapi kita punya lahan karet 140 ribu hektar. Katakanlah 80 ribu hektar dari lahan karet kita tambahkan di situ (sawit) kan kita lebih luas dari Derby yang 640 ribu hektar. Makanya target kita 5 tahun itu bisa kuasai 700 ribu hektar sawit, jadi kita bisa terluas di dunia," kata Ghani dalam wawancara The CEO kumparan, Rabu (25/5).
Pria kelahiran Pekalongan, 17 Desember 1959, ini mengatakan memang bakal alihfungsikan lahan komoditas lain yang ada di holding PTPN. Karet salah satunya.
Selain sawit dan karet, PTPN memiliki komoditas tebu dengan luas lahan 65 ribu hektar, kopi 13 ribu hektar, teh 30 ribu hektar, kakao 633 hektar, tembakau 44 hektar, dan lainnya 54 ribu hektar. Total lahan yang ditanami perkebunan (planted) 845 ribu hektar dengan luas area konsesi 1,17 juta hektar.
ADVERTISEMENT
Untuk lahan karet 138-140 ribu hektar, hanya akan disisakan 30 ribu. Sisanya ditanami sawit dan sebagian dikonversi untuk tanaman tebu. Ghani menyebut, langkah ini diambil karena bisnis karet di Indonesia bahkan dunia sudah tidak begitu menguntungkan sebab banyak komoditas lain yang menghasilkan produk karet bukan dari getah karet.
Nasib lahan teh milik holding PTPN juga akan sama nasibnya. Secara bisnis, industri teh di dunia sudah memasuki senjakala. Karena itu, Ghani berencana mengubah fungsi lahan teh tak hanya produksi tapi sebagai tempat wisata yang di dalamnya dibangun residensial.
Ilustrasi lahan kelapa sawit. Foto: Nora Carol Photography/Getty Images
Salah satu yang disasar lahan teh di Gunung Mas, Puncak. Di sana, pabrik teh PTPN bahkan sudah tak produksi. Tapi, nanti akan dihidupkan lagi hanya saja untuk jualan produk teh sekaligus ada destinasi wisata.
ADVERTISEMENT
"Teh itu secara bisnis sudah sunset di seluruh dunia sebab konsumsinya tetap tapi produksi naik. Makanya kita harus desain bisnis baru. Misalnya lahan teh Gunung Mas Puncak, pabrik tehnya tutup. Bisnisnya kita ubah. Kita harus create value sebab ada tata ruang, kebutuhan manusia," terangnya.

Sawit Paling Menguntungkan

Ambisi holding PTPN memperluas lahan sawit karena komoditas ini menjadi andalan perusahaan untuk menggenjot kinerja keuangan. Apalagi harganya terus meroket saat ini, imbas dari pandemi hingga perang Ukraina.
Tahun lalu, holding PTPN berhasil mencetak laba bersih Rp 4,64 triliun secara konsolidasi, meroket 508 persen dibandingkan 2020 yang merugi Rp 1,14 triliun. Laba bersih ini berasal dari pendapatan perusahaan Rp 53,57 triliun, meningkat 36 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp 39,3 triliun, salah satunya karena harga sawit meroket.
ADVERTISEMENT
Apalagi, tahun lalu total produktivitas (protas) tanda buah segar (TBS) sawit di holding PTPN sebanyak 21,07 ton per hektar, naik 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya 19,67 ton per hektar.
Ilustrasi PTPN III. Foto: Facebook/PT Perkebunan Nusantara III - Persero
Di pabrik, produksi minyak kelapa sawit (crude price oil/CPO) juga naik. Tahun lalu, produksi CPO holding PTPN 2,69 juta ton, naik 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya 2,39 juta ton.
"Itulah yang menjadikan PTPN secara finansial tahun lalu luar biasa dibandingkan tahun sebelumnya rugi Rp 1,4 triliun dan untung Rp 4,6 triliun," kata Ghani.
Di tahun ini, PTPN menargetkan produksi CPO 3,13 juta ton dengan produktivitas lahan 5,48 ton per hektar atau naik 13,5 persen dibandingkan realisasi protas 2021. Perusahaan juga mengejar pendapatan penjualan Rp 65,3 triliun, laba bersih Rp 4,9 triliun, dan EBITDA Rp 13,2 triliun.
ADVERTISEMENT
"Target laba Rp 4,9 triliun, Pak Wamen Tiko (Kartika Wirjoatmodjo) minta laba PTPN di atas Rp 7 triliun. Tapi saya coba kejar Rp 10 triliun mumpung harga masih bagus," terang Ghani.