Mobil Listrik di RI Masih Mahal, Ombudsman Minta Pemerintah Segera Beri Insentif

14 Februari 2023 16:10 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengecasan mobil listrik Wuling Air ev di SPKLU Puspiptek, Serpong. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengecasan mobil listrik Wuling Air ev di SPKLU Puspiptek, Serpong. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah hingga kini belum kunjung mengumumkan kebijakan insentif kendaraan listrik. Ombudsman RI mendorong agar pemerintah segera mengimplementasikan kebijakan tersebut guna mendorong tumbuhnya kendaraan listrik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dikatakan oleh Anggota Ombudsman RI Hery Susanto ketika konferensi pers penilaian cepat pengawasan pelayanan publik penggunaan kendaraan listrik berdasarkan regulasi dan implementasi di Gedung Ombudsman RI Jakarta, Selasa (14/2).
"Dalam pemberian insentif, pemerintah perlu komitmen dan konsisten untuk mengembangkan secara bertahap pertumbuhan kendaraan listrik," kata Hery.
Hery menjelaskan, keterangan yang diperoleh dari Komunitas Mobil Listrik Indonesia menyebut, harga mobil listrik di Indonesia saat ini masih tergolong mahal dibanding di negara-negara lainnya.
"Sebagai contoh, harga jual mobil listrik kona dai Hyundai di Amerika dan Eropa berkisar di harga Rp 450.000.000, harga jual di Korea Rp 350.000.000, dan Australia seharga Rp 500.000.000, sedangkan di Indonesia bisa mencapai Rp 698.000.000," kata Hery.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ombudsman menemukan fakta bahwa terjadi disparitas harga yang cukup tinggi antara harga pabrik dengan harga jual di Indonesia.
Anggota Ombudsman RI Hery Susanto dalam konferensi pers penilaian cepat pengawasan pelayanan publik penggunaan kendaraan listrik di Gedung Ombudsman RI Jakarta, Selasa (14/2/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
"Contoh, mobil listrik Wuling di China harganya berkisar Rp 85-90 juta, namun kemudian di Indonesia dijual dengan harga Rp 300 juta," kata dia.
Melihat harga kendaraan listrik yang masih mahal di Indonesia, Hery mengatakan perlu disesuaikan besaran insentif yang nantinya akan diberikan pemerintah. Apalagi masyarakat Indonesia rata-rata memiliki tingkat ekonomi menengah.
"Jika insentif pembelian dana awal tidak terlalu besar, maka dampaknya tidak signifikan atau tidak membantu dalam kemudahan mobil listrik," ujarnya.
Belum optimalnya pemberian insentif baik bagi kalangan industri, pengusaha, maupun perorangan, ini menurut Hery membuat belum antusiasnya masyarakat memiliki kendaraan listrik karena harganya cukup mahal.
ADVERTISEMENT