Modal Asing Kabur Rp 1,29 T dari Pasar Keuangan RI dalam Sepekan

27 November 2021 15:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi  dolar Amerika Serikat (AS). Foto:  ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing keluar dari pasar keuangan domestik selama sepekan. Berdasarkan data transaksi pada 22-25 November 2021, dana dari investor asing (non residen) tersebut tercatat jual neto (outflow) sebanyak Rp 1,29 triliun.
ADVERTISEMENT
Modal asing yang kabur dari pasar keuangan domestik tersebut berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak Rp 1,77 triliun. Sementara di pasar saham justru mencatat aliran masuk atau beli neto sebesar Rp 480 miliar.
"Berdasarkan data setelmen selama 2021 (year to date/ytd), non residen jual neto Rp 18,59 triliun," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam keterangannya, Sabtu (27/11).
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun naik ke level 79,88 basis poin (bps) per 25 November 2021 dari 76,96 bps per 19 November 2021. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
ADVERTISEMENT
Keluarnya aliran modal asing dari pasar keuangan domestik turut menyeret nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS. Mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, nilai tukar rupiah melemah 70 poin atau setara 0,49 persen di level Rp 14.357 per dolar AS.
Terkait hal tersebut, Erwin menekankan bahwa Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Termasuk langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," tutup Erwin.