Modal Asing Keluar Rp 1,61 T dari Pasar Keuangan RI Sepekan

13 Januari 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp 1,61 triliun pada 8-11 Januari 2023. Secara rinci, modal asing yang keluar di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 3,2 triliun, sementara di pasar saham mencatat aliran masuk sebesar Rp 2,08 triliun dan jual neto di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia sebesar Rp 0,48 triliun.
ADVERTISEMENT
Jika diakumulasikan sejak awal tahun ini hingga 11 Januari 2024, nonresiden beli neto Rp 3,11 triliun di pasar SBN, beli neto di pasar SBRI Rp 7,22 triliun. Sementara beli neto di pasar saham senilai Rp 5,96 triliun.
Sementara itu, persepsi risiko terlihat dari premi/fee yang harus dibayar pembeli kepada penjual atau credit default swap (CDS) tercatat turun.
"Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 87,09 bps per 7 Juli 2023 dari 83,13 bps per 30 Juni 2023," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono melalui keterangan tertulis, Sabtu (13/1).
Rupiah ditutup di level (bid) Rp 15.545 per dolar AS pada Kamis (11/1). Kemudian dibuka pada level (bid) Rp 15.550 per dolar AS pada Jumat (12/1).
ADVERTISEMENT
Imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun berada di level 6,70 persen pada Kamis (11/1) dan turun di level 6,62 persen pada Jumat (12/1). DXY menguat ke level 102,29. Yield UST (US Treasury) 10 tahun naik ke level 3,966 persen.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tutur Erwin.