news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Musim Kemarau Diprediksi Sampai November, Bisa Berdampak ke Stok Pangan RI

10 Mei 2022 13:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani mengangkut gabah seusai panen dengan mesin panen padi di areal pesawahan Sungai Lareh, Padang, Sumatera Barat. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani mengangkut gabah seusai panen dengan mesin panen padi di areal pesawahan Sungai Lareh, Padang, Sumatera Barat. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Awal musim kemarau tahun 2022 diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dimulai pada bulan April-Juni 2022. Sedangkan periode akhir musim kemarau pada Oktober-November 2022. Saat ini beberapa wilayah di Indonesia sedang mengalami peningkatan suhu panas terik hingga 36, 1 derajat celcius.
ADVERTISEMENT
Terkait hal ini, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Ayip Said Abdullah menjelaskan, peningkatan suhu yang terjadi pada bulan Mei 2022 ini perlu diantisipasi oleh petani padi.
Ayip menyebutkan walaupun prediksi dari BMKG peningkatan suhu hanya sampai bulan Mei, namun beberapa ancaman perlu menjadi perhatian, misalnya ancaman kekeringan, banjir, dan hama.
“Ini perlu diperhatikan karena sekarang di minggu pertama Mei mulai musim tanam dan pada saat yang sama sekitar minggu depan akan disemai dan itu akan berisiko,” ungkap Ayip kepada kumparan, Selasa (10/5).
Petani bersama Duta Hijau Bali memanen padi merah saat panen raya di persawahan Jatiluwih, Tabanan, Bali, Kamis (3/6/2021). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
Dirinya menambahkan pada saat fase olahan padi maka petani perlu mengantisipasi risiko kemarau. Menurut Ayip jika kemarau berkepanjangan maka resikonya adalah jadwal produksi akan mundur.
Ayip mengimbau agar petani dan pemerintah melakukan antisipasi dini terhadap beberapa risiko yang akan terjadi. Terlebih lagi jika padi terkena krisis maka impor bukan menjadi pilihan yang baik.
ADVERTISEMENT
“Kita jangan sampai lengah dalam menjaga kontribusi pangan dalam konteks global, karena harga pangan di global itu naik pasca pandemi COVID-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina, sebelumnya kita sudah merasakan itu pada kedelai dan produk pangan yang lain,” jelas Ayip.