Nasib Bulog: Dari Mafia Beras hingga Punya Utang Rp 28 Triliun

22 November 2019 7:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
ADVERTISEMENT
Permasalahan Perum Bulog tidak hanya perkara stok bahan-bahan pokok yang tersedia untuk masyarakat. Namun, banyak persoalan yang harus diurai oleh Direktur Utama Bulog Budi Waseso dan jajarannya.
ADVERTISEMENT
Budi Waseso mengungkapkan berbagai kondisi terkini di Perum Bulog kepada anggota Komisi IV DPR. Di tengah stok beras yang dikelola mencapai 2,2 juta ton, Bulog harus menghadapi persoalan.
Buwas akui ada mafia beras, kenapa tidak bisa ditindak?
Buwas mengungkapkan masih adanya mafia dalam penyaluran beras ke masyarakat. Praktik tersebut, membuat penyaluran menjadi tidak lancar.
Adanya mafia itu juga diketahui Buwas setelah bekerja sama dengan Satgas Pangan dan memeriksa langsung ke lapangan. Ia mengaku menemukan berbagai pelanggaran.
Meski begitu, Buwas sampai saat ini belum mengetahui tindakan yang sudah dilakukan aparat terhadap mafia tersebut. Ia mengaku sudah menyerahkannya kepada pihak yang berwajib.
Atas berbagai peristiwa yang terjadi, Buwas sebenarnya tahu betul siapa mafia yang bermain. Namun, dia tidak mau mengungkapkannya karena Kepolisian sedang bekerja.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya ditanya mafia, mohon izin saya tahu persis. Hanya kewenangan saya yang enggak ada. Ini harus kembalikan ke yang berwenang yaitu di Kepolisian," katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/11).
Punya utang Rp 28 triliun
Perum Bulog ternyata memiliki utang yang tidak sedikit. Per November 2019 ini, jumlah utang Bulog ke perbankan nyaris mencapai Rp 28 triliun. Angkanya terus membengkak dibandingkan tahun 2017 lalu yang hanya Rp 13,2 triliun.
Budi Waseso dibuat gelisah karena Bulog terlilit utang cukup besar. Dia mengungkapkan utang Bulog makin bertambah karena pengadaan beras baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dia belum tahu bagaimana caranya membayar utang Bulog yang sangat banyak ini. Tapi dengan tugas Bulog yang lebih banyak berperan sebagai tangan kanan pemerintah, jumlah utang diprediksi akan semakin membengkak.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi beban utang Bulog. Pertama menyangkut Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Buwas berharap pemerintah segera melakukan sinkronisasi regulasi terkait CBP yang disimpan Bulog, untuk optimalisasi tugas Bulog menjaga stabilitas di tingkat hulu dan hilir.
Selain itu penyediaan anggaran dalam APBN juga diperlukan oleh Bulog. Sebab, selama ini Bulog menggunakan pinjaman melalui bank dengan bunga komersial sehingga memberatkan.
"Kami mengusulkan CBP didanai pemerintah, berapa jumlahnya riil kalau kita membutuhkan itu? paling tidak Rp 20 triliun sehingga kita tidak punya pinjaman yang ada bunganya," tuturnya.
Cara lainnya dengan menambah porsi penugasan komersial Bulog. Buwas mengakui bisnis komersial Bulog cukup menjanjikan dan sudah untung.
ADVERTISEMENT
Tapi sayang, dengan porsi yang rendah keuntungan yang didapat Bulog tersebut tidak mampu mengurangi beban utang Bulog.
Buwas kenalkan Wadirut dan pembagian tugasnya
Selain menyampaikan berbagai kondisi terbaru dari Perum Bulog, Budi Waseso juga memperkenalkan Wakil Direktur (Wadirut) Bulog kepada Komisi IV DPR. Wadirut ini mulai bekerja sejak tanggal 19 November.
“Kemarin kami mendapatkan tambahan kekuatan Wadirut Bulog dijabat oleh Bapak Gatot Trihargo,” kata Buwas.
Gatot Trihargo merupakan mantan Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pekerja memanggul karung beras Bulog untuk dipindahkan kedalam mobil box di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Buwas, sapaan akrab Budi Waseso mengungkapkan, sudah mulai mengatur pembagian tugas dengan Gatot. Ia memastikan bakal saling melengkapi dalam menjalankan tugas.
Selain itu, Buwas merasa pembagian tugas dengan Gatot tidak perlu dipersoalkan berlebihan. Ia juga tidak mau harus ada pengaturan detail seperti Dirut harus mengurus keuangan atau Wadirut fokus turun ke lapangan.
ADVERTISEMENT
“Kita enggak gitu-gitu. Kita kebersamaan, jadi siapa saja bisa jadi Dirut. Kalau tidak ada siapa-siapa Satpam saja bisa jadi Dirut. Siapa tahu kena bencana semua Direksinya mati kan,” ujar Buwas.
Buwas pamer ke DPR kalau bisa beli beras Bulog lewat Shopee
Budi Waseso mengakui masih ada kendala dalam rantai distribusi beras ke masyarakat. Untuk itu, ia bakal bekerja sama dengan semua pihak khususnya dalam pendistribusian beras.
"Kami juga mengembangkan sistem e-commerce Bulog sebagai strategi untuk merambah bisnis ke pemasaran digital melalui aplikasi panganan.com," kata Buwas.
Aplikasi itu bekerja sama dengan Shopee menyediakan berbagai macam jenis beras di platform tersebut. Ia merasa kelebihan dari langkah yang diambilnya bisa memangkas rantai distribusi yang terlalu panjang dan tidak ideal.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah kerja sama dengan Shopee, dengan apakah lainnya sudah semua sudah kita terobos," ujar Buwas.