Neraca Perdagangan RI Surplus USD 5,5 M, Tapi Pemerintah Harus Tetap Waspada

16 April 2021 19:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ilustrasi peti kemas Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peti kemas Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan selama kuartal pertama tahun ini kembali mencetak surplus. Bahkan, nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Selama Januari-Maret 2021, surplus neraca dagang mencapai USD 5,52 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang surplusnya hanya USD 2,59 miliar.
Ekonom Center of Reform of Economics (Core) Yusuf Rendy mengatakan, surplus neraca perdagangan tersebut memberikan sinyal baik bagi perekonomian di kuartal I 2021. Selain itu, hal tersebut juga akan berdampak pada penerimaan negara.
Positifnya laju ekspor akan memberikan andil yang positif bagi bea keluar dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sementara laju impor yang melesat, diharapkan dapat mendorong industri manufaktur di Tanah Air.
“Perbaikan perekonomian global dan perbaikan harga komoditas mendorong perbaikan ekspor dalam negeri meningkat. China salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga perbaikan perekonomian China akhirnya bermuara terhadap neraca dagang kita khususnya perbaikan ekspor di dalam negeri,” ujar Yusuf kepada kumparan, Jumat (16/4).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra, Kamrussamad, mengatakan bahwa pemerintah harus tetap mewaspadai kinerja neraca dagang di tiga bulan pertama tahun ini. Salah satunya karena volume perdagangan yang lebih rendah dari nilainya.
“Pertumbuhan volume perdagangan sebenarnya lebih rendah daripada nilai komoditasnya, sehingga terdapat kenaikan harga di tingkat produsen. Volume komoditas manufaktur yang lebih rendah dari nilainya, seperti produksi manufaktur pada mesin industri dan peralatan listrik,” kata dia.
Suasana pabrik garmen. Foto: AFP
Kamrussamad menilai, surplus neraca dagang yang tumbuh signifikan di Maret 2021, bisa jadi karena pergerakan musiman menjelang Idul Fitri. Biasanya, produsen akan mengirim barang sebanyak-banyaknya sebelum libur panjang.
“Kegiatan ekspor dan impor mengalami peningkatan yang signifikan pada periode menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, karena dikhawatirkan adanya libur panjang, sehingga industri mengirim muatan hasil produksinya terlebih dahulu,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kamrussamad memperkirakan, tingginya surplus neraca perdagangan juga semata karena negara utama mitra dagang Indonesia sudah mengalami pemulihan ekonomi.
“Sementara pemulihan ekonomi domestik masih relatif lambat,” kata dia.
Ke depan, pemerintah diminta fokus terhadap UMKM dan tetap memberikan program pembiayaan. Sehingga hal ini dapat mendorong peningkatan produksi dan dapat melakukan ekspor, serta dapat memberikan kontribusi dalam penerimaan negara.
“Dalam mengantisipasi tingginya permintaan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri, diharapkan tetap menjaga pasokan yang cukup sehingga harga tidak mengalami peningkatan harga dan stabilisasi harga dapat terkendali,” pungkasnya.
Selama kuartal I 2021, laju ekspor maupun impor sama-sama menunjukkan kenaikan. Ekspor naik 17,1 persen (yoy) di kuartal I dan impor tumbuh 10,76 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Adapun andil ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20-21 persen. Sedangkan andil impor ke PDB sebagai pengurang sebesar 19-20 persen.