Ngotot Mau Impor Beras saat Panen, Mendag Dinilai Tak Peduli Nasib Petani Lokal

25 Maret 2021 8:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal di Pelabuhan Indah Kiat, di Merak, Cilegon, Banten. Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal di Pelabuhan Indah Kiat, di Merak, Cilegon, Banten. Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah bersikukuh akan membuka keran impor beras sebanyak 1-1,5 juta ton di tahun ini. Langkah tersebut dilakukan untuk menambah cadangan beras pemerintah di Perum Bulog, yang menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi merupakan yang terendah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, rencana tersebut mendapat kritik dari berbagai pihak. Termasuk Wakil Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Jakarta, Billy Haryanto.
Menurut Billy, keputusan Lutfi yang ngotot mengimpor beras tersebut menunjukkan bahwa Mendag tak peduli dengan petani lokal. Sebab keputusan tersebut dilakukan tengah panen raya.
“Jadi pejabat itu, apalagi seorang Mendag, jangan asal bicara tentang impor. Sebelum ambil keputusan, dia harus benar-benar lihat ke petani dahulu," kata Billy dalam keterangannya, Kamis (25/3).
Menurut dia, seharusnya pemerintah bisa berupaya agar petani menikmati hasil panen dengan harga gabah yang sepadan. Bukan justru menebarkan wacana impor, yang membuat harga gabah anjlok.
"Logikanya harus dipakai. Jangan lagi panen, malah ingin impor beras," kata dia.
ADVERTISEMENT
Billy menjelaskan, saat ini kondisi petani tengah terpuruk. Di Tegal misalnya, harga gabah kering anjlok dari Rp 5.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 3.500 per kg.
Petani mengangkut padi "sailun salimbai" yang dipanen di Desa Pudak, Muarojambi, Jambi, Jumat (19/2). Foto: Wahdi Septiawan/Antara Foto
Ia pun meminta pemerintah untuk membuat kebijakan yang bisa menguntungkan petani. “Jangan bicara data atau stok sesaat, tapi efeknya hanya menguntungkan sekelompok orang," kata Billy.
Selain itu, Billy menilai Mendag seharusnya bisa menghitung kebutuhan beras yang riil di lapangan. Menurutnya, impor beras boleh saja, asalkan tidak dilakukan saat panen raya.
"Kami ini tidak anti impor. Boleh impor, tapi waktunya jangan pas panen raya," kata Billy.
Billy juga menyarankan agar Mendag dapat berkoordinasi dengan Bulog sebelum impor beras. Apalagi, saat ini stok beras di Bulog masih banyak yang belum terserap.
ADVERTISEMENT
"Hitung kebutuhan Bulog tiap tahun berapa. Kan sekarang ini Bulog pasarnya sudah ditutup pemerintah sendiri, kalau impor lagi mau disalurkan ke mana itu beras? Yang sekarang ada saja bingung dilepas ke mana,” kata dia.
Mengenai sikap Mendag yang pasang badan dan siap mundur, Billy pun merespons hal tersebut. Jika impor beras tetap dilakukan di tengah panen raya, ia pun mendesak Lutfi agar mundur dari jabatannya sebagai Mendag.
“Kalau saya jadi beliau, lebih terhormat mundur. Demi petani. Semoga beliau dikasih kesehatan selalu," tambahnya.
Sebelumnya, Lutfi mengaku siap berhenti dari jabatannya sebagai Mendag jika keputusan mengenai impor beras sebesar 1 juta ton salah. Ia mengatakan, keputusan tersebut diambil melalui perhitungan yang matang terkait dengan ketersediaan beras di Perum Bulog.
ADVERTISEMENT
“Saya mesti memikirkan yang tidak terpikirkan, saya mesti mengambil keputusan pada keputusan yang tidak populer, saya hadapi. Kalau memang saya salah, saya siap berhenti, tidak ada masalah, tapi tugas saya memikirkan yang tidak dipikirkan oleh bapak dan ibu," ungkapnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Senin (22/3).
***
Saksikan video menarik di bawah ini.