NU dan Muhammadiyah Tolak Pajak Pendidikan, Yusuf Mansur Ikut Buka Suara

12 Juni 2021 11:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
Yusuf Mansur Foto: Instagram/ @yusufmansurnew
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur Foto: Instagram/ @yusufmansurnew
ADVERTISEMENT
Rencana pemerintah mengenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada jasa pendidikan menuai polemik. Terbaru, organisasi keagamaan NU dan Muhammadiyah ikut menolak rencana tersebut. Rencana pengenaan pajak ini pun turut mengusik Ustaz Yusuf Mansur (UYM). Dalam akun Instagramnya, Yusuf Mansur pun mempertanyakan langkah pemerintah setelah adanya penolakan dari dua organisasi besar keagamaan tersebut.
ADVERTISEMENT
“NU dan Muhammadiyah udah nolak. Lah kalo dua lembaga yang lebih gede dari gaban ini udah nolak, masa iya pemerintah dan kementerian terkait jalan terus? Rada ga mungkin,” tulis Yusuf Mansur dalam laman Instagram pribadinya, Sabtu (12/6).
UYM lantas mengusulkan kedua organisasi agama ini bisa diperbesar perannya agar bisa mendapatkan posisi tawar yang lebih baik terhadap kebijakan pemerintah. “Agaknya, dua lembaga ini, harus digedein lebih lagi,” lanjutnya.
Ustaz Yusuf Mansur. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
UYM pun mengajak anak-anak Indonesia untuk ikut andil dengan cara masuk ke lembaga pendidikan milik NU dan Muhammadiyah. Harapannya ekosistem keduanya makin besar. Tidak hanya pendidikan, UYM juga mendorong agar umat memanfaatkan semua fasilitas dari kedua organisasi secara maksimal. Tujuannya untuk membangun ekosistem ekonomi dari NU dan Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
“Misal sakit, ayo ke rumah sakit NU dan Muhammadiyah juga. Ntar NU dan Muhammadiyah, bikin terus ekosistem perjuangan sosial, seni, budaya, dan ekonomi, lebih masif dan lebih menggurita lagi. Sehingga punya daya, power, dan alat tawar yang ciamik banget,” ujarnya.
Dengan kekuatan yang besar tersebut, UYM mengatakan kedua organisasi ini bisa masuk ke ranah lain. Misalnya ke politik bahkan industri keuangan. UYM bahkan menyarankan agar NU dan Muhammadiyah punya kepemilikan saham pada entitas besar.
“Jadi ownernya. Lalu diorkestrai dan mengorkestrai dirinya sendiri. Ngelead bangsa dan negeri ini. Asli serem nih... Serem seneng. Serem bahagia. Sebab warnanya pasti masih tetep sangat nusantara. Masih sangat mengindonesia. Teduh, adem, kalem, tenang, damai. Dan kolaboratif dengan stake holders lain di negeri ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT